Dalam sebuah kesempatan berbicara di acara TED Conference yang diselenggarakan di Vancouver, Amerika Serikat pada 2015 silam, Bill Gates menyampaikan bahwa dunia belum siap dalam menghadapi epidemi berikutnya (mengacu pada kejadian epidemi sebelumnya yaitu SARS dan Ebola). Selanjutnya ia menyarankan agar dunia meletakkan lebih banyak investasi pada persiapan dalam menghadapi epidemi yang akan datang. Hanya berselang kurang dari lima tahun, prediksi Gates terbukti, dunia dibuat kelimpungan menghadapi pandemi COVID-19. Bagaimana Gates seolah-olah bisa memprediksi masa depan? Jawabannya adalah data. Dalam artikel yang berjudul “Why I Think We Can Predict the Future” di laman blog-nya, Gates menjelaskan secara gamblang data yang dia temukan dan pelajari terkait dengan pandemi dan bidang kesehatan.
Data merupakan suatu aset penting karena data dapat menjadi suatu dasar untuk memprediksi keadaan di masa depan. Karena data memiliki sifat saling terkait satu sama lain (linked-data), untuk menganalisisnya diperlukan aspek multidimensi, yaitu melihat data dari berbagai sudut pandang. Sebagai contoh, penderita kasus positif corona pasti terkait dengan data lokasi, data lokasi terkait dengan data ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, sedangkan data tenaga kesehatan terkait dengan data ketersediaan alat kerja (APD, masker), dan seterusnya.
Hasil analisis dari data-data multidimensi inilah yang ketika digunakan sebagai dasar langkah pengambilan kebijakan, dapat menjadi suatu strategi yang tepat dalam menghadapi pandemi ini. Taiwan mencontohkan dengan cara mengintegrasikan tiga basis data yaitu data asuransi kesehatan, data imigrasi, dan data rumah sakit. Dengan menggunakan AI dan Big Data, Taiwan melakukan tracing untuk memetakan orang yang paling berisiko berdasarkan pengalaman perjalanan dan rekam mediknya. Hasilnya, Taiwan menjadi salah satu negara terbaik dalam merespon COVID-19, yang hingga tulisan ini dibuat total kasus positifnya hanya 442 orang, dan meninggal 7 orang.
Sumber : https://news.detik.com/kolom/d-4980560/pandemi-data-dan-kebijakan-publik