Foto: Shou Zi Chew, CEO dari TikTok (Sumber: reforestemospatagonia.com)
Membuka dan scrolling aplikasi TikTok mungkin saja menjadi kebiasaan sehari-hari bagi sebagian orang. Begitu juga pun dengan penulis yang suka sekali melihat video di TikTok. Nah, baru-baru ini sebuah video yang cukup menarik lewat di FYP (For You Page) saya, video tersebut adalah cuplikan sebuah sidang parlemen di Amerika Serikat. Sidang ini menghadirkan Shou Zi Chew selaku Chief Executive Officer TikTok. Lantas mengapa CEO TikTok dipanggil oleh parlemen Amerika Serikat dan apa pokok bahasan dari sidang tersebut, bisa kita simak bersama-sama berikut ini.
Kamis (23/3) lalu, di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat AS (Amerika Serikat), berlangsung sebuah sidang dengar pendapat dengan topik utama yaitu upaya bipartisan untuk melarang penggunaan TikTok di Amerika Serikat karena alasan keamanan nasional. Shou Zi Chew harus melayani pertanyaan dari para anggota Komite DPR untuk Energi dan Perdagangan selama sekitar lima jam. The Guardian, pada Jumat (24/3), melaporkan bahwa sidang tersebut adalah pertama kalinya CEO TikTok tampil di hadapan para legislator AS, dan penampilan publik ini adalah hal yang jarang dilakukan oleh Chew. Meskipun popularitas TikTok terus meningkat, Chew selalu menjadi sosok yang jarang muncul di depan umum.
Berikut 4 poin pembahasan penting dalam rapat dengar pendapat antara Chew dan DPR AS:
Hubungan antara TikTok dengan Pemerintah China
Anggota parlemen dari kedua partai, Demokrat dan Republik, sangat emosional dalam membahas topik ini. Salah satu anggota parlemen dari Demokrat bahkan menyebut induk perusahaan Tiktok, ByteDance, sebagai entitas yang berbasis di Beijing yang komunis. Chew, dalam kesempatan tersebut, berulang kali menegaskan bahwa ByteDance tidak dimiliki atau dikendalikan oleh Pemerintah Cina. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa tidak ada bukti yang ditemukannya bahwa Pemerintah Cina pernah mengakses atau meminta data pengguna AS. Pada satu kesempatan, pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang Demokrat dari California, Tony Cardenas. “Apakah TikTok merupakan perusahaan Cina?” tanyanya. Chew menjawab bahwa TikTok bersifat global dan kantor mereka tidak berlokasi di China, melainkan di Singapura dan Los Angeles.
Keamanan Data Pengguna AS dan Project Texas
Seorang anggota Parlemen Republik dari Florida bernama Neal Dunn mengajukan pertanyaan tentang dugaan bahwa aplikasi TikTok telah memata-matai warga Amerika. Hal tersebut muncul seiring dengan laporan bahwa perusahaan induk ByteDance berusaha untuk mengakses identitas para jurnalis yang membocorkan informasi. Namun, Chew membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa itu bukanlah cara yang tepat untuk menggambarkan situasi tersebut.
Chew juga menjelaskan bahwa Tiktok telah melakukan kesepakatan senilai Rp 22,7 triliun dengan perusahaan teknologi berbasis di Texas, bernama Oracle. Kesepakatan tersebut dinamai Project Texas dan memiliki tujuan untuk membangun firewall guna mencegah akses data pengguna yang tidak sah. Chew mengatakan bahwa proyek ini masih berlangsung. Selain itu, Tiktok juga sedang menghapus data pengguna dari server lama di AS dan Singapura. Proyek ini bertujuan untuk menjawab kekhawatiran AS soal keamanan data dan pengaruh Cina dalam aplikasi tersebut.
Keamanan dan Kesehatan Mental para Remaja
Selama sidang, muncul masalah utama terkait dampak aplikasi pada anak-anak yang menjadi perhatian. Anggota parlemen membahas tentang moderasi konten berbahaya, seperti video yang mendorong pengguna untuk melakukan tindakan berbahaya pada diri sendiri. “Teknologi Anda mengarah pada kematian,” kata perwakilan Republik Gus Bilirakis. Saat ini, 67% remaja berusia 13 hingga 17 tahun di AS mengatakan mereka menggunakan aplikasi tersebut dan 16% mengatakan mereka menggunakannya hampir terus-menerus, menurut Pew Research Center. Platform ini telah memperkenalkan fitur-fitur sebagai respons terhadap kritik tersebut, termasuk pembatasan waktu secara otomatis bagi pengguna di bawah 18 tahun.
TikTok Diambang Terkena Blokir Amerika Serikat
Sebelumnya, Chew mengklaim bahwa TikTok tidak memiliki hubungan dengan pemerintah Cina. Namun, klaim tersebut ditentang oleh sebuah artikel Wall Street Journal yang diterbitkan beberapa jam sebelum sidang. Artikel tersebut menyebutkan bahwa penjualan paksa perusahaan akan sangat ditentang oleh pemerintah China. Kementerian Perdagangan Cina menanggapi ancaman Joe Biden untuk melarang TikTok secara nasional kecuali ByteDance menjual sahamnya dengan menyatakan bahwa tindakan tersebut akan melibatkan ekspor teknologi dari Cina dan harus disetujui oleh pemerintah Cina.
Akhir kata, Chew di penghujung sidang menyatakan bahwa ia akan terus kooperatif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dimiliki oleh anggota parlemen AS. Dilansir dari Kompas.com Jumat (24/3), Chew berjanji akan membuat TikTok menjadi aplikasi yang lebih aman bagi warga AS. Janji tersebut meliputi 4 hal, di antaranya:
1). Menjaga data pengguna AS tetap aman.
2). Mencegah pihak lain mengakses data warga.
3). Mencegah pemerintah luar AS memanipulasi konten TikTok.
4). Meningkatkan transparansi data yang bisa diakses pihak ketiga.
(YA)
Sumber Referensi:
https://investor.id/international/325410/ini-dia-simpulan-sidang-ceo-tiktok-di-kongres-as