Tech Winter: Tantangan dan Peluang di Dunia Teknologi

Foto: Zenius, salah satu edutech yang gulung tikar akibat tech winter (Sumber: Bloomberg Technoz)

Istilah tech winter pertama kali muncul pada akhir 2022 dan masih berlangsung hingga saat ini. Pada periode tech winter, ada banyak perusahaan berbasis teknologi yang mengalami kebangkrutan. Tech winter adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan periode penurunan signifikan dalam industri teknologi. Dalam Bahasa Indonesia, tech winter dianalogikan sebagai musim dingin teknologi, di mana ada penurunan minat dan investasi di sektor teknologi yang menyebabkan krisis.

Selama tech winter, pendanaan untuk perusahaan teknologi merosot tajam, pertumbuhan bisnis melambat, dan bahkan terjadi penurunan layoff (PHK). Sebagai contoh, sejumlah perusahaan teknologi terkemuka terpaksa memangkas jumlah karyawannya, mulai dari Meta yang merumahkan 11 ribu karyawannya hingga Twitter (X) yang memecat 3.500 karyawan. Di Indonesia, ada sejumlah perusahaan berbasis teknologi yang ikut terdampak tech winter, seperti Zenius, Pegipegi, Lumo, Ajaib, dan Ula.

Penyebab Terjadinya Tech Winter

Faktor penyebab tech winter sendiri bermacam-macam, seperti geopolitik perang Rusia-Ukraina, pandemi covid, bencana alam, dan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat. Fenomena-fenomena tersebut yang menyebabkan para investor lebih memilih untuk menyimpan uangnya daripada menanam modal di startup, guna menghindari resiko tinggi.

Dilansir dari Geolive, menurut Director Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, “Tech winter di industri startup masih akan berjalan cukup panjang. Startup disarankan untuk tidak hanya mengandalkan pendanaan baru saja, namun butuh memerlukan strategi yang tepat untuk mendanai perusahaan”.

Adapun strategi bertahan dan berkembang yang bisa diupayakan untuk menghadapi tech winter, antara lain dengan melakukan adaptasi bisnis, diversifikasi produk dan pasar, serta membangun kolaborasi dan kemitraan. Perusahaan perlu berfokus pada efisiensi dan pengelolaan sumber daya. Memotong biaya yang tidak esensial dan mengoptimalkan operasional dapat membantu bertahan dalam jangka pendek. Sedangkan diversifikasi produk dan pasar dapat dijadikan sebagai strategi kunci. Perusahaan yang mampu menawarkan berbagai produk dan memasuki pasar baru memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan tumbuh. Terakhir, menjalin kolaborasi dan kemitraan strategis dapat membantu perusahaan berbagi sumber daya dan mengurangi risiko. Ini juga bisa membuka peluang baru untuk inovasi bersama.

Peluang yang Muncul dari Tech Winter

Meskipun tampak kontradiktif, masa krisis sering kali mendorong inovasi. Perusahaan dipaksa untuk menemukan cara-cara baru untuk mengatasi tantangan, yang bisa menghasilkan teknologi dan solusi baru yang inovatif. Selain itu, pasar kerja yang kompetitif selama tech winter dapat menguntungkan perusahaan yang masih mencari talenta. Dengan banyaknya profesional berbakat yang tersedia, perusahaan memiliki kesempatan untuk memperkuat tim mereka.

Masa Depan Industri Teknologi Pasca Tech Winter

Setelah tech winter berlalu, industri teknologi diharapkan pulih dan kembali berkembang. Tren seperti AI, IoT, dan blockchain diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan di masa depan. Pengalaman menghadapi tech winter memberikan pembelajaran berharga bagi perusahaan teknologi. Pentingnya manajemen risiko, diversifikasi, dan fokus pada inovasi akan menjadi panduan untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Tech winter merupakan periode yang penuh tantangan bagi industri teknologi. Namun, dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat bertahan dan bahkan menemukan peluang baru untuk berkembang. Meskipun tech winter membawa banyak kesulitan, kondisi ini juga membawa harapan baru yang lebih baik untuk masa depan. Adaptasi, inovasi, dan kolaborasi akan menjadi kunci untuk mengatasi krisis ini dan meraih sukses di masa yang akan datang.

Penulis : Mutiara Noor Fauzia

Editor   : Yudhistira Azhar Haryono Putra, Melatie Raghyl Putri

Sumber Referensi:

https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/25766/siapa-pemilik-zenius-dan-alasan-kenapa-bisa-bangkrut-di-indonesia

https://voi.id/teknologi/330533/apa-itu-tech-winter

https://medium.com/@indigo.telkom/badai-phk-kembali-marak-ini-cara-startup-agar-bertahan-di-tengah-fenomena-tech-winter-39ffaf05ac17

Revolusi Industri 4.0 Menghapus Peran Manusia di Industri?

Foto : Robot yang Melakukan Pekerjaan Manusia (Sumber : freepik.com)

Istilah Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan pada Hannover Fair di Jerman pada April 2011. Revolusi Industri 4.0 adalah konsep yang menggabungkan teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), Mahadata (Big Data), dan robotika ke dalam proses industri. Konsep ini juga dikenal sebagai “cyber-physical systems” yang menggambarkan sinergi antara dunia digital dan fisik untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efisien dan cerdas. Dengan revolusi ini, banyak hal dalam industri berubah secara drastis, di mana teknologi menggantikan banyak peran yang sebelumnya dipegang oleh manusia. 

Revolusi Industri 4.0 adalah era transformasi yang menggabungkan teknologi digital dalam setiap aspek produksi dan operasional bisnis. Semua tahapan produksi didukung oleh jaringan internet sebagai infrastruktur utama. Teknologi seperti IoT memungkinkan mesin dan perangkat untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain, menciptakan ekosistem yang lebih efisien dan responsif. Akibatnya, banyak proses yang dulunya memerlukan tenaga kerja manusia kini dapat dijalankan secara otomatis oleh mesin dan perangkat pintar. Pada revolusi industri sebelumnya, tenaga manusia sangat dominan, mesin uap digunakan secara luas, dan bahan bakar fosil menjadi sumber energi utama. Perubahan yang terjadi saat itu hanya signifikan di sektor industri tertentu dan hanya dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat. Berbeda dengan itu, dalam Revolusi Industri 4.0 tenaga manusia semakin berkurang karena peran mesin canggih dan otomatis. Energi terbarukan mulai menggantikan bahan bakar fosil, dan perubahan yang dibawa oleh revolusi ini dirasakan oleh semua lapisan masyarakat menciptakan dampak yang lebih luas. 

Salah satu teknologi utama dalam era Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of Things (IoT). IoT adalah sebuah sistem yang menggabungkan perangkat komputasi, mekanik, dan mesin digital menjadi satu kesatuan yang terhubung. Sistem IoT terdiri dari empat elemen utama diantaranya perangkat sensor, konektivitas, pemrosesan data, dan antarmuka pengguna. Perangkat sensor mengumpulkan data dari lingkungan sekitar, konektivitas memungkinkan perangkat untuk berkomunikasi melalui internet, pemrosesan data menganalisis informasi yang dikumpulkan untuk menghasilkan wawasan yang berguna, dan antarmuka pengguna memungkinkan interaksi manusia dengan sistem IoT. Dengan IoT, proses industri dapat diotomatisasi dan dioptimalkan secara real-time, meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Mahadata juga memainkan peran penting dalam Revolusi Industri 4.0. Mahadata adalah istilah yang merujuk pada sejumlah besar data yang mencakup data terstruktur dan tidak terstruktur, yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data ini dianalisis untuk mengungkap pola, trend, dan wawasan yang dapat digunakan untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik. Analisis mahadata memungkinkan perusahaan untuk memahami preferensi konsumen, meningkatkan operasional, dan mengembangkan produk baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan mahadata, pengambilan keputusan berbasis data menjadi lebih akurat dan efektif, memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. 

Foto : Pria dengan Headset VR Menyentuh Layar Holografik (Sumber : rawpixel.com)

Teknologi Augmented Reality (AR) dan keamanan siber juga merupakan komponen penting dari Revolusi Industri 4.0. AR adalah teknologi yang mengintegrasikan objek virtual dua dimensi ke dalam lingkungan tiga dimensi nyata, sehingga pengguna dapat melihat dan berinteraksi dengan proyeksi digital secara real-time. Ini membuka peluang untuk aplikasi di berbagai industri, termasuk manufaktur, kesehatan, dan pendidikan. Di sisi lain, keamanan siber berfokus pada perlindungan informasi dari serangan cyber yang dapat mengancam kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data. Dengan semakin banyaknya perangkat yang terhubung ke internet, keamanan siber menjadi semakin kritis untuk menjaga kelangsungan dan keamanan operasional industri. 

Artificial Intelligence (AI) adalah teknologi lain yang sangat penting dalam Revolusi Industri 4.0. AI memungkinkan komputer atau mesin untuk meniru kecerdasan manusia, memproses informasi, dan membuat keputusan secara otomatis. AI dapat mempelajari data secara terus-menerus, sehingga semakin baik dalam membuat prediksi seiring dengan bertambahnya data yang dianalisis. Aplikasi AI mencakup berbagai bidang, dari chatbot yang membantu layanan pelanggan hingga sistem pengenalan wajah yang meningkatkan keamanan. AI juga memainkan peran penting dalam otomatisasi proses industri, analisis data yang kompleks, dan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. 

Revolusi Industri 4.0 membawa banyak manfaat diantaranya seperti peningkatan efisiensi dan produktivitas, inovasi dan pengembangan produk, serta pengambilan keputusan berdasarkan data. Melalui otomatisasi dan teknologi canggih, proses produksi dapat dioptimalkan, sementara teknologi baru membuka peluang menciptakan produk dan layanan yang inovatif. Dengan bantuan mahadata dan analisis data, perusahaan dapat membuat keputusan dengan lebih akurat dan cepat, memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. 

Perkembangan teknologi yang pesat membawa banyak manfaat, tetapi juga tantangan yang perlu diatasi. Salah satu masalah utama adalah potensi pengurangan lapangan kerja akibat otomatisasi. Meskipun otomatisasi dapat meningkatkan efisiensi, namun dapat menggantikan pekerjaan manusia. Ini menggarisbawahi pentingnya pelatihan dan pengembangan keterampilan tenaga kerja untuk mengatasi kemungkinan pengangguran. Selain itu, semakin luasnya penggunaan teknologi digital juga meningkatkan risiko keamanan dan privasi data. Perlindungan data yang kuat diperlukan untuk mengatasi ancaman serangan siber dan pelanggaran privasi. Terakhir, kesenjangan dalam akses teknologi antar negara dan industri juga menjadi perhatian, karena dapat menghambat kemajuan secara keseluruhan.

Revolusi Industri 4.0 menjadi langkah besar dalam transformasi industri global. Integrasi teknologi canggih seperti IoT, AI, mahadata, dan robotika membawa perubahan signifikan dalam cara produksi dan operasi bisnis dijalankan. Meskipun menimbulkan tantangan, manfaat yang ditawarkan dalam hal efisiensi, inovasi, dan pengambilan keputusan berbasis data sangat besar. Revolusi ini bukan hanya mengubah industri, tetapi juga mempengaruhi kehidupan masyarakat secara luas, menandai era baru dalam sejarah perkembangan teknologi dan industri. Dengan kemajuan teknologi yang terus berlanjut, masa depan Revolusi Industri 4.0 tampak cerah dan penuh dengan peluang baru yang menanti untuk dijelajahi.

Penulis : Maulina Nur Laila

Editor : Yudhistira Azhar Haryono Putra, Melatie Raghyl Putri

Sumber Referensi : 

https://www.kominfo.go.id/content/detail/16505/apa-itu-industri-40-dan-bagaimana-indonesia-menyongsongnya/0/sorotan_media

https://www.gramedia.com/best-seller/revolusi-industri-4-0/https://www.gramedia.com/best-seller/revolusi-industri-4-0/

https://kumparan.com/berita-terkini/revolusi-industri-4-0-pengertian-jenis-dan-dampaknya-21R0Yu1PKuy/4

Bangun Relasi dengan HIMAFORTIC UNESA Melalui Ormawa Visit

Foto: Foto bersama HIMAFORTIC dan HMSI (Sumber: HMSI)

Pada hari Sabtu, 25 Mei 2024 dilaksanakan kegiatan Ormawa Visit di Departemen Sistem Informasi. Kegiatan ini merupakan studi banding yang diselenggarakan oleh Departemen Eksternal Affair Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi. Ormawa visit ini bertujuan sebagai wadah untuk bertukar pikiran dan menambah relasi dengan perguruan tinggi lain. Biasanya ormawa visit ini dilaksanakan satu kali di tiap semesternya. Pada semester ini ormawa visit dilaksanakan dengan menggaet Himpunan Mahasiswa Manajemen Informatika (HIMAFORTIC) Universitas Negeri Surabaya sebagai partner.

Acara yang berlangsung di ruang 1101-1102 Smart Class Departemen Sistem Informasi ITS ini, melibatkan fungsionaris HMSI kabinet Inovasi. Perwakilan dari semua departemen yang ada mengikuti ormawa visit bersama dengan rekan-rekan dari HIMAFORTIC. Kegiatan berlangsung dengan penuh semangat dan antusiasme dari para peserta. 

Acara dimulai dengan perkenalan dari masing-masing himpunan, lalu dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan interaktif seperti ice breaking berupa games tebak gaya, dan Focus Group Discussion (FGD). Pada sesi FGD, departemen dari masing-masing himpunan yang telah dikelompokkan akan berkumpul membentuk forum diskusi kecil untuk bertukar pikiran mengenai agenda dan proker dari masing-masing himpunan.

Foto: Sesi FGD Ormawa Visit (Sumber: HMSI)

Ormawa visit kali ini memberikan kesan yang baik bagi kedua himpunan mahasiswa. Fungsionaris HMSI mendapatkan pengetahuan baru mengenai proker dan agenda yang diselenggarakan oleh HIMAFORTIC. Sebaliknya, fungsionaris HIMAFORTIC juga mendapatkan pengetahuan mengenai proker dan agenda apa saja yang ada di HMSI. Tentunya terdapat perbedaan mengenai bagaimana setiap himpunan menjalankan proker atau agendanya masing-masing, tetapi itulah inti dari kegiatan ini. Dengan adanya diskusi ini, menambah peluang bagi masing-masing himpunan untuk dapat mengevaluasi dan memperbaiki kinerja dari suatu proker. Misalnya, di departemen luar negeri HIMAFORTIC terdapat proker company visit, sedangkan company visit HMSI dipegang oleh departemen TechDev. 

Foto: FGD departemen Eksternal HMSI dan HIMAFORTIC (Sumber: HMSI)

“Ormawa visit pertama di kabinet HMSI Inovasi, jadi seru banget ya. Paling berkesan pas sesi FGD karena disitu kami bisa mengetahui dan mengenal proker dan agenda dari HIMAFORTIC dan juga perbedaan apa yang ada dari masing-masing himpunan, terutama di departemen eksternal–nya”, tutur Jessica selaku penanggung jawab kegiatan ormawa visit kali ini.

Ormawa visit kali ini merupakan kegiatan studi banding antara HMSI ITS dengan Himpunan Mahasiswa Manajemen Informatika Unesa. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membangun relasi yang belum ada serta sebagai wadah untuk bertukar pikiran untuk pembelajaran bersama. 

Penulis : Mutiara Noor Fauzia

Editor : Yudhistira Azhar Haryono Putra, Melatie Raghyl Putri