Mengenal Lebih Dalam Industri 5.0

Foto : Industri 5.0 (sumber : linkedin.com)

Pada tahun 2011, terjadinya revolusi industri yang besar dan sudah sangat kita ketahui sampai saat ini, yaitu Revolusi Industri 4.0. Industri 4.0 adalah sebuah era dimana tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik sangat digencarkan. Industri 4.0 memungkinkan perusahaan untuk mengatur ulang alokasi sumber dayanya kepada hal-hal yang lebih penting, sehingga dapat berkembang menjadi perusahaan yang lebih efisien. Saat Industri 4.0 telah mencapai puncaknya, beberapa pakar berpendapat bahwa Industri 4.0 masih bisa lebih disempurnakan lagi. Dengan adanya pendapat itu, lahirlah sebuah visi baru yang pertama kali diperkenalkan oleh Jepang, yaitu Industri 5.0.

Industri 5.0 adalah konsep yang masih dalam tahap pengembangan dan perdebatan. Secara umum, Industri 5.0 mengacu pada teknologi yang harus ditingkatkan untuk lebih mengakomodasi otomatisasi dan digitalisasi dalam industri dan sektor produksi. Pada tahun 2017, Jepang menjadi negara pertama yang memperkenalkan visi Industri 5.0, yang saat itu mereka sebut sebagai Society 5.0. Konsep itu adalah penggambaran tahap evolusi masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Maksud konsep ini adalah perpaduan antara dunia maya dan dunia fisik serta nilai-nilai masyarakat yang berpusat pada manusia, yang merupakan kunci mencapai Society 5.0.

Industri 5.0 juga tidak jauh berbeda dengan ideologi Society 5.0 dan menjadikannya dasar untuk industri tersebut. Industri versi ini merupakan sebuah era di mana masyarakat bisa menyeimbangkan kemajuan ekonomi melalui sebuah sistem yang mengintegrasikan ruang digital dan juga fisik. Dengan semua konsep ini bisa dipahami bahwa industri ini akan menyatukan virtual space dengan realita seperti, augmented reality, tetapi bedanya hal ini akan benar-benar terjadi nyata.

Pasti banyak yang berfikir apakah Industri 5.0 akan menggantikan Industri 4.0 dengan baik. Sebenarnya, Industri 5.0 tidak diciptakan untuk menggantikan Industri 4.0, melainkan untuk lebih mengoptimalkan Industri 4.0. Adapun tujuan dari Industri 5.0 antara lain, peningkatan efisiensi dan produktivitas dengan mengintegrasikan teknologi canggih yang menjadikan proses produksi lebih efisien, peningkatan fleksibilitas produksi dengan teknologi yang memungkinkan penyesuaian cepat terhadap perubahan pasar, meminimalisir kesalahan dengan otomatisasi dan AI yang membantu mengurangi kesalahan fatal, peningkatan daya saing dengan memanfaatkan teknologi terbaru, dan peningkatan kualitas produk dan layanan dengan memungkinkan kontrol kualitas yang lebih baik dan layanan yang lebih responsif. 

Perbedaan Industri 5.0 dan 4.0 adalah jika Industri 4.0 berfokus pada otomatisasi proses serta efektivitas mesin dan teknologi, maka Industri 5.0 berfokus pada pengoptimalan waktu dalam proses serta waktu dalam proses serta peningkatan pengetahuan seseorang dengan bantuan AI. Dengan optimalisasi itu, beberapa peluang bisnis yang bermunculan dengan adanya Industri 5.0, seperti aplikasi penyedia jasa,aplikasi untuk manajemen logistik, cloud hosting seperti IBM cloud server hosting, dan software house yang merupakan perusahaan pengembang aplikasi atau sistem manajemen. 

Dengan adanya beberapa peluang bisnis itu, juga diperlukan teknologi yang mendukung. Teknologi itu termasuk Internet of Things (IoT), yaitu saat objek ditanamkan teknologi untuk saling berintegrasi data melalui perangkat lain yang terhubung ke internet, cloud server, yaitu server virtual yang berjalan di cloud computing, dan Artificial Intelligence (AI), yaitu kecerdasan buatan yang dibuat untuk mensimulasikan pemikiran seperti manusia.

Saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang masih secara besar memakai Industri 4.0. Meskipun begitu, Indonesia mulai beradaptasi dengan beberapa bentuk teknologi yang mengarah kepada Revolusi Industri 5.0. Teknologi itu seperti software auto responder, bussiness intelligence software, dll. Semua bentuk teknologi virtual tersebut digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia atau bisa jadi  menggantikannya.

Penulis: Adityo Rafi Wardhana

Editor: Maulina Nur Laila dan Mutiara Noor Fauzia 

Referensi: