How Ideas Are Born Through Design Thinking?

Tahukah Kamu?

Seiring berkembangnya zaman, kebebasan untuk menciptakan sebuah ide juga semakin besar. Masyarakat kini memiliki keleluasaan untuk menyusun ide dalam berbagai bidang, baik ide bisnis, ide desain, ide cerita buku, dan lain sebagainya. Perkembangan ini semakin pesat berkat dukungan framework, teknologi, dan berbagai metode lainnya untuk menciptakan suatu ide baru. Kemajuan ini berkontribusi terhadap percepatan pertumbuhan manusia dan lingkungannya, sehingga terciptalah era Revolusi Industri 4.0 yang sangat mendukung perkembangan manusia dengan ide-ide cemerlang di dalamnya.

Dunia teknologi selalu berkembang seiring dengan inovasi serta ide-ide cemerlang manusia. Teknologi lahir dari pemikiran inovatif manusia yang dipenuhi ide-ide cemerlangnya. Namun, tahukah kamu bahwa tidak semua ide cemerlang yang lahir dapat diterapkan dalam kehidupan nyata? Sebaik apapun teknologi yang sudah diciptakan, belum tentu dapat melahirkan ide-ide yang dapat diaplikasikan dengan baik. Oleh karena itu, Design Thinking hadir sebagai solusi untuk mengembangkan ide-ide cemerlang secara terstruktur dan tersusun, sehingga dapat diterapkan dengan optimal.

Apa itu Design Thinking?

Design Thinking adalah metode pemecahan masalah yang berfokus pada kebutuhan manusia dengan pendekatan kreatif dan inovatif. Metode ini menggabungkan pemahaman mendalam terhadap pengguna, eksplorasi ide yang luas, serta proses iteratif dalam menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan.

Pendekatan ini sering digunakan dalam berbagai bidang, termasuk bisnis, teknologi, pendidikan, dan layanan publik, karena mampu menghasilkan solusi yang lebih relevan dan berdampak nyata bagi pengguna. Design Thinking membantu kita untuk berpikir di luar kebiasaan dan menggali peluang baru dengan mengutamakan empati serta eksperimen.

Karakteristik utama Design Thinking meliputi: 

  1. Human-Centered : Fokus utama adalah memahami kebutuhan, keinginan, dan permasalahan pengguna.
  2. Iterative Process : Melibatkan pengulangan dalam setiap tahap untuk mendapatkan solusi terbaik.
  3. Collaboration : Mendorong kerja sama lintas disiplin ilmu untuk menghasilkan inovasi yang lebih kaya.
  4. Creativity & Innovation : Mencari solusi baru dengan pendekatan kreatif yang tidak terbatas pada pola pikir tradisional.
  5. Hands-On Prototyping : Menguji ide secara langsung melalui prototipe untuk mendapatkan umpan balik nyata dari pengguna.

Apa Saja Tahapan dalam Design Thinking?

Design Thinking terdiri dari lima tahap utama yang saling berhubungan dan dapat dilakukan secara fleksibel, yaitu:

  1. Empathize (Memahami Pengguna)
    • Tahap pertama ini bertujuan untuk memahami masalah dari sudut pandang pengguna.
    • Melibatkan riset, wawancara, observasi, dan pengumpulan data tentang pengalaman serta kebutuhan pengguna.
    • Mengembangkan empati agar solusi yang dibuat benar-benar relevan dengan permasalahan nyata.
  2. Define (Menentukan Masalah)
    • Mengidentifikasi inti permasalahan yang perlu diselesaikan berdasarkan data yang dikumpulkan.
    • Membuat pernyataan masalah (problem statement) yang jelas dan fokus agar solusi yang dihasilkan lebih terarah.
    • Contoh problem statement: “Bagaimana cara membantu mahasiswa dalam mengelola waktu belajar secara lebih efektif?”
  3. Ideate (Menciptakan Ide)
    • Menghasilkan berbagai kemungkinan solusi tanpa batasan dengan brainstorming.
    • Mendorong pemikiran kreatif dengan teknik seperti mind mapping, SCAMPER, atau design sprint.
    • Tidak ada ide yang salah pada tahap ini, semua kemungkinan harus dieksplorasi untuk mendapatkan solusi terbaik.
  4. Prototype (Membuat Prototipe)
    • Membuat representasi sederhana dari solusi yang diusulkan, seperti sketsa, model, atau versi awal dari produk.
    • Memungkinkan tim untuk menguji konsep dengan biaya rendah sebelum mengembangkannya lebih lanjut.
    • Prototipe ini digunakan untuk melihat respons pengguna terhadap solusi yang diberikan.
  5. Test (Menguji Solusi)
    • Menguji prototipe kepada pengguna nyata untuk mendapatkan umpan balik.
    • Menganalisis kelebihan dan kekurangan solusi yang telah dibuat.
    • Jika diperlukan, kembali ke tahap sebelumnya untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan hingga solusi yang optimal ditemukan.

Metode ini sangat efektif dalam menciptakan inovasi yang berpusat pada pengguna. Dengan menerapkan lima tahap utama ini, perusahaan ataupun individu dapat menemukan solusi yang lebih tepat guna, efisien, dan memiliki dampak positif bagi target pengguna mereka.

Mengapa Design Thinking Dibutuhkan untuk Masa Depan?

Di era digital yang terus berkembang, tantangan dan kebutuhan pengguna semakin kompleks. Design Thinking menjadi pendekatan yang sangat dibutuhkan untuk menciptakan inovasi yang relevan dan berdampak luas.

Berikut adalah beberapa manfaat utama dari Design Thinking:

  1. Meningkatkan inovasi
    • Dengan memahami pengguna secara mendalam, Design Thinking memungkinkan perusahaan menciptakan produk dan layanan yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
  2. Mengurangi risiko kegagalan
    • Proses iteratif yang diterapkan dalam Design Thinking memastikan solusi diuji dan diperbaiki sebelum diterapkan secara luas, sehingga mengurangi risiko kegagalan.
  3. Efisiensi biaya dan waktu
    • Dengan pendekatan berbasis prototipe, perusahaan dapat menghindari pengeluaran besar untuk pengembangan solusi yang kurang efektif.
  4. Meningkatkan kepuasan pengguna
    • Solusi yang dihasilkan lebih sesuai dengan ekspektasi dan kebutuhan pengguna, meningkatkan loyalitas serta pengalaman pengguna yang lebih baik.
  5. Mendorong kolaborasi dan kreativitas
    • Menciptakan lingkungan kerja yang lebih dinamis dengan mengedepankan kerjasama lintas disiplin ilmu dan eksplorasi ide tanpa batas.

Dengan manfaat tersebut, Design Thinking menjadi alat yang sangat penting bagi perusahaan dan individu dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian.

Kelahiran Ide Cemerlang dari Design Thinking

Dari pemahaman mendalam terhadap pengguna hingga pengujian solusi inovatif, Design Thinking membuktikan dirinya sebagai metode yang mampu melahirkan ide-ide cemerlang. Pendekatan ini tidak hanya menciptakan solusi yang lebih baik, tetapi juga membentuk pola pikir kreatif yang mendorong keberlanjutan inovasi di berbagai bidang.

Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa, Design Thinking bukan sekadar metode, tetapi sebuah cara berpikir yang mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan mengutamakan empati, eksperimen, dan kolaborasi, Design Thinking membantu kita menemukan solusi yang lebih baik untuk dunia yang terus berkembang. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih inovatif dan berdaya guna, wajib memahami dan menerapkan Design Thinking dalam kehidupan maupun pekerjaan mereka.

Penulis: Ida Ayu Putu Rani Pradnyandari
Editor: Maulina Nur Laila dan Mohammad Geresidi Rachmadi

Sumber Referensi : 

NVIDIA GTC 2025: Bagaimana Jensen Huang Merancang Dunia Baru yang Dikendalikan AI

CEO NVIDIA Jensen Huang. (Sumber: Dok.NVIDIA)

Di tengah derasnya gelombang transformasi digital dan revolusi kecerdasan buatan, satu nama kembali menjadi pusat perhatian global: Jensen Huang, CEO dan Co-Founder dari NVIDIA. Pada ajang bergengsi GPU Technology Conference (GTC) 2025, Huang tampil sebagai pionir yang tak hanya menyampaikan inovasi terbaru, tetapi juga menyusun ulang peta masa depan teknologi AI dan komputasi modern.

Dalam pidato utamanya yang ditunggu-tunggu, Huang tampil dengan gaya khasnya —humoris, membumi, dan inspiratif. Ia bahkan sempat menunjukkan salah satu dari sedikit RTX 5090 yang tersisa, menyindir fenomena global tentang kelangkaan GPU (Graphics Processing Unit). Namun di balik candaan itu, terdapat narasi besar: misi NVIDIA untuk mencapai valuasi $1 triliun pada tahun 2028, didorong oleh dominasi dalam komputasi akseleratif dan AI reasoning superhuman.

GTC 2025: Arena Inovasi Superkomputasi dan AI

Diselenggarakan di San Jose, California, GTC 2025 menjadi ajang showcase bagi ribuan profesional teknologi, akademisi, hingga pemimpin industri untuk melihat langsung kemajuan pesat NVIDIA. Lebih dari 11.000 peserta hadir secara langsung, dan jutaan lainnya mengikuti secara daring. Huang secara meyakinkan menyebut NVIDIA sebagai “penyedia sekop dan cangkul” dalam demam emas AI saat ini.—sSebuah analogi bahwa NVIDIA menyediakan fondasi bagi semua pemain AI untuk menggali potensi tak terbatas.

Blackwell: Arsitektur GPU Generasi Baru yang Menggebrak

GPU Blackwell (Sumber: Dok.NVIDIA)

Salah satu pengumuman paling revolusioner dari GTC 2025 adalah peluncuran arsitektur GPU terbaru bernama Blackwell. Dinamai dari David Blackwell, matematikawan dan statistikawan kulit hitam pertama yang menjadi anggota National Academy of Sciences, arsitektur ini menghadirkan terobosan besar dalam performa dan efisiensi GPU.

GPU Blackwell diklaim 50.000 kali lebih cepat dibanding CUDA generasi pertama, menjadikannya salah satu akselerator komputasi paling kuat yang pernah ada. Bukan hanya untuk pelatihan model AI besar, GPU ini juga dirancang untuk menangani berbagai beban kerja berat seperti:

  • Visualisasi data skala besar
  • Pemrosesan sinyal jaringan 5G dan 6G
  • Pencitraan medis resolusi tinggi
  • Simulasi komputasi kuantum

Jensen menyebut bahwa kita kini telah memasuki “tipping point”—,titik balik komputasi masa depan—di mana superhuman AI bukan lagi sekadar konsep ilmiah, tapi menjadi kenyataan.

“Kita telah mencapai titik balik dari akselerasi komputasi. Inilah masa depan superhuman AI,” tegas Huang.

Dua Superkomputer AI Pribadi: DGX Spark & DGX Station

DGX Spark dan DGX Station (Sumber: Dok.NVIDIA)

Selain GPU, NVIDIA juga memperkenalkan dua produk yang menjadi bintang utama dalam kategori superkomputer AI pribadi:

  • DGX Spark

Dahulu dikenal sebagai Project Digits, DGX Spark adalah superkomputer berukuran kabinet rak server yang menawarkan kecepatan pemrosesan luar biasa —hingga 1.000 triliun operasi per detik (TOPS). Dirancang untuk pusat data AI masa depan, perangkat ini dapat digunakan untuk pelatihan LLM, inference skala besar, dan simulasi berbasis reinforcement learning.

  • DGX Station

Sementara itu, DGX Station membawa kekuatan komputasi super ke dalam bentuk desktop. Ditenagai oleh GB300 Grace Blackwell, superkomputer ini hadir dengan 784GB RAM dan dapat digunakan di lingkungan edge computing. Cocok untuk tim riset, startup, maupun universitas yang ingin melakukan prototyping, fine-tuning, hingga deployment model AI secara lokal.

“Inilah komputer masa depan di era AI. Setiap orang bisa punya superkomputer sendiri,” ujar Huang dengan penuh optimisme.

Era Baru: Agentic AI Menuju Physical AI

Dalam keynote-nya, Huang menjelaskan bahwa dunia tengah mengalami transisi dari AI statis menuju AI agentik (Agentic AI), —AI yang mampu memahami konteks, merespons secara cerdas, dan terus belajar dari interaksinya. Lebih dari itu, Huang menekankan bahwa kita kini menuju era Physical AI, di mana AI akan memiliki kemampuan beralasan, mengambil keputusan, dan mengontrol entitas fisik secara langsung.—sebuah kKonsep yang akan menjadi fondasi teknologi robotik, kendaraan otonom, dan sistem cerdas di dunia nyata.

Perkembangan ini didukung oleh infrastruktur komputasi yang mampu memproses triliunan token untuk reasoning dan inference skala besar. NVIDIA memimpin gelombang ini lewat inovasi CUDA-X, kolaborasi lintas sektor, dan ekspansi perangkat lunak serta perangkat keras yang terintegrasi dengan platform AI modern seperti OpenAI, Meta, dan Google DeepMind.

Masa Depan AI Ada di Tangan NVIDIA

Visi NVIDIA di GTC 2025 begitu jelas: menghadirkan AI ke setiap industri, perangkat, dan kehidupan sehari-hari. Huang percaya bahwa setiap pusat data akan menjadi AI factory, dan setiap perusahaan —tak peduli besar atau kecil —akan menjadi perusahaan AI.

Dengan inisiatif seperti GPU Blackwell, superkomputer DGX, dan platform AI terintegrasi, NVIDIA telah menempatkan dirinya di garis depan revolusi kecerdasan buatan global. Dunia kini menyaksikan pergeseran besar —dari komputasi tradisional menuju masa depan di mana AI bukan hanya alat bantu, tetapi menjadi mitra dalam berpikir, merancang, dan bertindak.

Penulis: Farrel Aditya Rosyidi
Editor: Maulina Nur Laila dan Mohammad Geresidi Rachmadi

Sumber Referensi: