Semua lini kehidupan kita sudah terdigitalisasi. Mulai dari proses jual beli, pendidikan hingga kesehatan yang berkembang pesat setelah terjadinya pandemi covid-19. Konsultasi online melalui aplikasi masih menjadi tren hingga saat ini. Apalagi untuk konsultasi kesehatan mental yang dianggap lebih mudah dan nyaman dilakukan. Konsep pelayanan kesehatan secara jarak jauh memiliki istilah telemedicine atau telemedisin dalam bahasa indonesia. Pemeriksaan ini memanfaatkan penggunaan teknologi komunikasi untuk melayani pasien yang berada di tempat berbeda.
Menurut WHO, praktik telemedicine bisa dibedakan menjadi dua, yakni asinkronus dan sinkronus. Perbedaan keduanya terletak pada pengiriman data terkait yang diperlukan dalam konsultasi online. Dengan telemedicine asinkronus, data pasien bisa dikirim lewat email kepada dokter. Lalu dokter mempelajari data itu untuk kemudian menyampaikan diagnosis.
Sedangkan telemedicine sinkronis dilakukan dengan cara interaktif secara langsung, misalnya lewat video call. Jadi baik dokter maupun pasien dapat berinteraksi secara langsung untuk konsultasi. Meski demikian, data pasien dapat lebih dulu dikirim ke dokter untuk dijadikan dasar diagnosis yang melengkapi konsultasi online.
Telemedicine ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat yang kesulitan menjangkau fasilitas kesehatan untuk tetap mendapatkan pelayanan terbaik dan juga mengatasi ketimpangan dokter yang tidak tersebar secara merata baik dari spesialisasi mereka (beberapa daerah tidak memiliki spesialis penyakit tertentu) ataupun jumlah mereka. Karena berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) , lebih dari separuh jumlah dokter di Indonesia berada di Pulau Jawa sementara daerah lain seperti Papua Barat memiliki jumlah dokter yang sangat terbatas.
Namun, hingga saat ini, telemedicine masih belum terlalu familier bagi masyarakat umum. Menurut BPS, sebanyak 95.11% penduduk indonesia belum pernah menggunakan layanan kesehatan telemedis. Bagi generasi Z yang sudah terbiasa dengan segala jenis aplikasi, mudah saja mencari informasi dari internet, tetapi bagi orang tua yang bahkan kesulitan menggunakan gadget? Hal ini lah penyebab rendahnya telemedicine di Indonesia.
Selain aplikasi, telemedicinet juga dapat disokong dengan peralatan yang dapat digunakan oleh masyarakat secara mandiri. Masyarakat sudah dikenalkan dengan alat ukur tensi digital yang dapat digunakan dengan mudah. Baru-baru ini, muncul stetoskop digital yang diperuntukkan untuk profesional dan penggunaan di rumah.
Tentunya, stetoskop bukan hal yang asing bagi sebagian besar orang. Stetoskop sangat terikat dengan dokter. Sering terlihat digantungkan pada leher dan sering digunakan untuk pengecekan tahap awal. Stetoskop adalah alat medis yang digunakan untuk mendengar suara dari dalam tubuh seperti rongga dada yaitu jantung dan paru-paru bahkan bunyi usus (bising usus). Lalu apa perbedaan stetoskop biasa dan digital? Sebelum melangkah lebih jauh, mari mengenal bagian dari stetoskop.
- Earpieces adalah bagian yang terpasang di telinga yang berfungsi mendengarkan bunyi yang didapat dari organ dalam.
- Tubing adalah selang yang berbentuk tabung panjang dan berfungsi untuk menyalurkan suara ke earpieces
- Diaphragm adalah bagian berupa membran tipis dan datar pada ujung kepala stetoskop dan terbuat dari piringan plastik berbentuk lingkaran.Fungsinya untuk mendengar bunyi dengan frekuensi tinggi seperti paru-paru.
- Bell adalah bagian yang menempel pada diafragma dan berfungsi untuk mendengar suara dengan frekuensi rendah seperti jantung.
Stetoskop digital yang baru saja diluncurkan tidak memiliki tubing. Stetoskop tersebut bernama ABN Sonic Digital Stethoscope yang diluncurkan oleh AbadiNusa pada 17 Oktober 2024 di Jakarta Convention Center. Stetoskop digital ini yang pertama di Indonesia dan merupakan karya anak bangsa untuk mendukung diagnosis jarak jauh melalui teknologi telemedicinet.
Stetoskop ini menggunakan beberapa teknologi yaitu :
- MEMS (Micro Electro Mechanical System) yang berfungsi untuk mengamplifikasikan suara yang memiliki frekuensi kecil seperti jantung dan paru-paru menjadi sangat besar sehingga dapat didengar oleh telinga manusia dengan sangat jelas.
- ASIC (Application Specific Integrated Circuit) untuk menghilangkan suara selain yang ingin didengarkan.
- AI denoise untuk menghasilkan suara yang lebih jernih dan mendukung integrasi dengan EMR (Electronic Medical Records).
Teknologi tersebut memiliki tingkat akurasi dari pemeriksaan jantung 91,8% dan tingkat akurasi untuk paru-paru 98,2%. Kemampuan ini memungkinkan stetoskop melakukan deteksi dini untuk kelainan jantung seperti stenosis (penyakit katup jantung yang ditandai dengan penyempitan atau penyumbatan pada katup mitral di dalam jantung), aortic valve stenosis (gangguan katup aorta jantung yang tidak dapat terbuka sempurna atau menyempit), serta penyakit paru-paru seperti asma dan pneumonia.
Stetoskop ini juga dilengkapi dengan aplikasi sebagai panduan penggunaan yang terdiri dari dua aplikasi berbeda yaitu ABN Sonic Pro yang penggunaannya untuk para dokter, bidan serta perawatserta ABN Sonic Care yang ditujukan untuk penggunaan homecare. Penggunaan stetoskop ini sederhana, cukup menempelkan di lokasi yang sesuai instruksi dan rekamannya akan dikirimkan kepada profesional seperti dokter untuk memberikan diagnosa yang sesuai dengan kondisi pasien. Rekaman ini dapat pula digunakan sebagai medical record pasien untuk memonitor dan skrining kesehatan pasien. Selain itu, daya baterai tahan lama dan mendukung pengisian daya fast charging. Stetoskop ini tidak memerlukan pelatihan khusus untuk berpindah dari stetoskop konvensional karena penggunaannya hampir sama dengan stetoskop biasa dan bisa digunakan tanpa aplikasi.
Apakah inovasi untuk stetoskop ini baru muncul sekarang?
Berdasarkan jurnal yang terbit di The Lancet Digital Health pada 5 Januari 2022, percobaan stetoskop AI di Inggris sudah pernah dilakukan. Para peneliti menemukan bahwa penggabungan algoritma stetoskop AI dengan EKG mampu mendeteksi gagal jantung dengan tingkat sensitivitas 91% dan spesifisitas 80%, hasil ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan tes diagnostik rutin yang mahal dan invasif. Teknologi AI tersebut dicobakan pula secara nasional di layanan kesehatan primer di Inggris untuk membantu dokter dalam mengevaluasi gagal jantung. Uji coba ini melibatkan 100 praktik dokter umum di barat laut London dan Wales Utara dengan melibatkan lebih dari 3 juta pasien untuk menerima pemeriksaan stetoskop AI atau perawatan lanjutan.
Perkembangan stetoskop ini membuka peluang besar bagi dunia medis di Indonesia untuk meningkatkan kualitas diagnosis dan layanan kesehatan. Dengan teknologi yang mendukung perekaman suara yang akurat, terhubung dengan aplikasi digital dan mudah digunakan memungkinkan penerapan telemedicine yang lebih baik lagi. Inovasi ini membantu para profesional untuk memberikan diagnosis akurat yang menyebabkan perawatan yang lebih cepat.
Penulis : Shahnaz Ariqah Simanullang
Editor : Maulina Nur Laila dan Mutiara Noor Fauzia
Referensi :
https://kemkes.go.id/id/rilis-kesehatan/diagnosis-penyakit-makin-canggih-dengan-stetoskop-ai
https://medx.co.id/abn-sonic-inovasi-stetoskop-digital-untuk-diagnosis-jarak-jauh/
https://www.medicalogy.com/blog/jenis-jenis-stetoskop/
https://www.bisik.id/read/abn-sonic-stetoskop-digital-pertama-di-indonesia-untuk-telemedicine-1729152480860https://youtu.be/3yP33nshr6A?si=1jHhKGWxypOBmOWV