NVIDIA GTC 2025: Bagaimana Jensen Huang Merancang Dunia Baru yang Dikendalikan AI

CEO NVIDIA Jensen Huang. (Sumber: Dok.NVIDIA)

Di tengah derasnya gelombang transformasi digital dan revolusi kecerdasan buatan, satu nama kembali menjadi pusat perhatian global: Jensen Huang, CEO dan Co-Founder dari NVIDIA. Pada ajang bergengsi GPU Technology Conference (GTC) 2025, Huang tampil sebagai pionir yang tak hanya menyampaikan inovasi terbaru, tetapi juga menyusun ulang peta masa depan teknologi AI dan komputasi modern.

Dalam pidato utamanya yang ditunggu-tunggu, Huang tampil dengan gaya khasnya —humoris, membumi, dan inspiratif. Ia bahkan sempat menunjukkan salah satu dari sedikit RTX 5090 yang tersisa, menyindir fenomena global tentang kelangkaan GPU (Graphics Processing Unit). Namun di balik candaan itu, terdapat narasi besar: misi NVIDIA untuk mencapai valuasi $1 triliun pada tahun 2028, didorong oleh dominasi dalam komputasi akseleratif dan AI reasoning superhuman.

GTC 2025: Arena Inovasi Superkomputasi dan AI

Diselenggarakan di San Jose, California, GTC 2025 menjadi ajang showcase bagi ribuan profesional teknologi, akademisi, hingga pemimpin industri untuk melihat langsung kemajuan pesat NVIDIA. Lebih dari 11.000 peserta hadir secara langsung, dan jutaan lainnya mengikuti secara daring. Huang secara meyakinkan menyebut NVIDIA sebagai “penyedia sekop dan cangkul” dalam demam emas AI saat ini.—sSebuah analogi bahwa NVIDIA menyediakan fondasi bagi semua pemain AI untuk menggali potensi tak terbatas.

Blackwell: Arsitektur GPU Generasi Baru yang Menggebrak

GPU Blackwell (Sumber: Dok.NVIDIA)

Salah satu pengumuman paling revolusioner dari GTC 2025 adalah peluncuran arsitektur GPU terbaru bernama Blackwell. Dinamai dari David Blackwell, matematikawan dan statistikawan kulit hitam pertama yang menjadi anggota National Academy of Sciences, arsitektur ini menghadirkan terobosan besar dalam performa dan efisiensi GPU.

GPU Blackwell diklaim 50.000 kali lebih cepat dibanding CUDA generasi pertama, menjadikannya salah satu akselerator komputasi paling kuat yang pernah ada. Bukan hanya untuk pelatihan model AI besar, GPU ini juga dirancang untuk menangani berbagai beban kerja berat seperti:

  • Visualisasi data skala besar
  • Pemrosesan sinyal jaringan 5G dan 6G
  • Pencitraan medis resolusi tinggi
  • Simulasi komputasi kuantum

Jensen menyebut bahwa kita kini telah memasuki “tipping point”—,titik balik komputasi masa depan—di mana superhuman AI bukan lagi sekadar konsep ilmiah, tapi menjadi kenyataan.

“Kita telah mencapai titik balik dari akselerasi komputasi. Inilah masa depan superhuman AI,” tegas Huang.

Dua Superkomputer AI Pribadi: DGX Spark & DGX Station

DGX Spark dan DGX Station (Sumber: Dok.NVIDIA)

Selain GPU, NVIDIA juga memperkenalkan dua produk yang menjadi bintang utama dalam kategori superkomputer AI pribadi:

  • DGX Spark

Dahulu dikenal sebagai Project Digits, DGX Spark adalah superkomputer berukuran kabinet rak server yang menawarkan kecepatan pemrosesan luar biasa —hingga 1.000 triliun operasi per detik (TOPS). Dirancang untuk pusat data AI masa depan, perangkat ini dapat digunakan untuk pelatihan LLM, inference skala besar, dan simulasi berbasis reinforcement learning.

  • DGX Station

Sementara itu, DGX Station membawa kekuatan komputasi super ke dalam bentuk desktop. Ditenagai oleh GB300 Grace Blackwell, superkomputer ini hadir dengan 784GB RAM dan dapat digunakan di lingkungan edge computing. Cocok untuk tim riset, startup, maupun universitas yang ingin melakukan prototyping, fine-tuning, hingga deployment model AI secara lokal.

“Inilah komputer masa depan di era AI. Setiap orang bisa punya superkomputer sendiri,” ujar Huang dengan penuh optimisme.

Era Baru: Agentic AI Menuju Physical AI

Dalam keynote-nya, Huang menjelaskan bahwa dunia tengah mengalami transisi dari AI statis menuju AI agentik (Agentic AI), —AI yang mampu memahami konteks, merespons secara cerdas, dan terus belajar dari interaksinya. Lebih dari itu, Huang menekankan bahwa kita kini menuju era Physical AI, di mana AI akan memiliki kemampuan beralasan, mengambil keputusan, dan mengontrol entitas fisik secara langsung.—sebuah kKonsep yang akan menjadi fondasi teknologi robotik, kendaraan otonom, dan sistem cerdas di dunia nyata.

Perkembangan ini didukung oleh infrastruktur komputasi yang mampu memproses triliunan token untuk reasoning dan inference skala besar. NVIDIA memimpin gelombang ini lewat inovasi CUDA-X, kolaborasi lintas sektor, dan ekspansi perangkat lunak serta perangkat keras yang terintegrasi dengan platform AI modern seperti OpenAI, Meta, dan Google DeepMind.

Masa Depan AI Ada di Tangan NVIDIA

Visi NVIDIA di GTC 2025 begitu jelas: menghadirkan AI ke setiap industri, perangkat, dan kehidupan sehari-hari. Huang percaya bahwa setiap pusat data akan menjadi AI factory, dan setiap perusahaan —tak peduli besar atau kecil —akan menjadi perusahaan AI.

Dengan inisiatif seperti GPU Blackwell, superkomputer DGX, dan platform AI terintegrasi, NVIDIA telah menempatkan dirinya di garis depan revolusi kecerdasan buatan global. Dunia kini menyaksikan pergeseran besar —dari komputasi tradisional menuju masa depan di mana AI bukan hanya alat bantu, tetapi menjadi mitra dalam berpikir, merancang, dan bertindak.

Penulis: Farrel Aditya Rosyidi
Editor: Maulina Nur Laila dan Mohammad Geresidi Rachmadi

Sumber Referensi:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *