Share Your Story: ASEAN Youth Cultural Exposure

Share Your Story telah kembali bersama Aelisa Nailin dari Artemis (angkatan 2016)!

Aelisa adalah salah satu peserta yang mengikuti program AYCE (ASEAN Youth Cultural Exposure) yang diadakan di Thailand oleh Youcan. Program ini merupakah sharing budaya antara budaya Indonesia dengan Thailand. Selain mempromosikan budaya dan pariwisata yang ada di Indonesia, melalui program ini juga dapat mengetahui budaya di Thailand.

Di program ini juga diadakan lomba yaitu performing art dengan menari tarian khas Indonesia atau menyanyi lagu daerah Indonesia serta paper presentation untuk mempromosikan budaya di Indonesia melalui sebuah presentasi.

Diikuti rata-rata oleh mahasiswa yang berasal dari UI, UGM, ITB, Unair, PLN, UAD, dan mahasiwa dari Thailand, program ini berlangsung selama 4 hari mulai dari 27 Juni 2018 sampai 30 Juni 2018.

Kegiatan-kegiatan selama berada di sana mengikuti rundown dari Youcan dari pukul 8 pagi hingga 8 malam. Selama kegiatan itu pula, transportasi yang digunakan adalah bis yang telah disewa oleh pihak Youcan. Jika sedang free time dan ingin jalan-jalan, transportasi yang digunakan pun menggunakan bis dengan dibantu aplikasi bernama moovit agar mengetahui bis nomor berapa yang harus ditumpangi dan melalui halte mana.

Kegiatan yang berlangsung bermula dari kunjungan dan perkenalan budaya ke Rajamangala University, kemudian Bangkok Art & Culture Center yang berisi pameran karya seni, Bangkok College of Business yang menyelenggakan paper presentation.

Tidak hanya itu, Aelisa juga bercerita mengenai pengalaman mencari makanan halal yang cukup susah selama berada di street food Thailand. Akan tetapi berkat keramahan orang lokal, sebelum mereka membeli makanan selalu diberi tahu jika makanannya mengandung babi.

Wah, pengalaman yang mengasyikkan ya! Sedikit pesan nih dari Aelisa! “Don’t to be afraid to try a new experience. just do it and explore whatever you like. Karena kesempatan tidak datang berkali-kali, selama kalian masih mahasiswa ke luar negri lah sebisa mungkin.”


Ingin tahu informasi menarik lainnya? Yuk, ikuti media sosial HMSI FTIK ITS lainnya di
hima.is.its.ac.id/medsos

InSpirator #25

Halo Sobat Karya!

Tahukah kalian bahwa selain Alan Turing, terdapat tokoh lain dibalik suksesnya pemecahan kode Nazi pada Perang Dunia II? Tokoh tersebut adalah Tommy Harold Flowers yaitu pembuat Colossus, komputer elektronik pertama yang dapat diprogram untuk memecahkan kode Lorenz yang memiliki kompleksitas diatas kode Enigma. Pada akhir Perang Dunia II diketahui bahwa Colossus mampu membaca dan memecahkan 90% pesan yang dikirim oleh Nazi, hingga mampu mempersingkat Perang Dunia II hingga dua taun lamanya.

Early Life

Thomas Horald Flowers lahir di London pada 22 Desember 1905 sebagai putra seorang pemecah batu. Kemampuan matematikal yang dimilikinya sejak kecil , membawanya untuk mendapat beasiswa dan kesempatan untuk magang selama 4 tahun di Royal Arsenal dalam bidang rekayasa mesin sambil menempuh pendidikan di Electrical Engineering University of London.

GPO

Pada tahun 1926 Flowers mulai bekerja di General Post Office (GPO) dan kemudain dipromosikan untuk memegang proyek yang lebih besar. Pada proyek ini ia berhasil mentrasmisikan sinyal telepon jarak jauh menjadi suara dengan menggunakan katup termionik yang menjadi terobosan termutakhir saat itu.

Pra-Colossus

Pada 1941 Flowers membantu pengembangan mesin pemecah kode engima-The Bombe karya Alan Turing dan mesin Heath Robinson untuk memecahkan kode Lorenz yang memiliki kompleksitas lebih tinggi. Karena dirasa kurang efektif dan efisien, akhirnya ia membuat Colossus, yaitu komputer elektronika pertama yang dapat diprogram untuk memecahkan kode Lorenz.

Colossus

Colossus sempat dipandang sebelah mata, bahkan tidak dibiayai Bletchley Park Management. Akan tetapi akhirnya Colossus tetap dibuat dengan menggunakan uang pribadi, kemudian dibawa kembali ke Bletchley Park untuk dibuat 10 mesin lainnya. Diakhir masa perang diketahui bahwa Colossus berhasil memecahkan 90% pesan yang dikirim Jerman dengan kode Lorenz dan mampu mempersingkat perang hingga 2 tahun lamanya.

TAHU TECH : Edtech, Belajar Gak Melulu Lewat Buku!

Halo, Sobat Karya!

Di era yang telah memasuki society 5.0 ini kehidupan kita tentunya sangat dipengaruhi oleh teknologi. Tak terlepas juga dunia pendidikan nih Sobat Karya.

Siapa sih yang tidak mengenal Ruangguru? Aplikasi yang membantu kita belajar dengan menyediakan bimbingan belajar online di Indonesia. Aplikasi semacam ini berkembang pesat loh di mancanegara, terutama di UK. Apa aja ya Edtech yang ada di UK? Yuk kita intip!

Developing Experts

Developing Experts berkeinginan untuk membuat pelajaran sains anak-anak lebih interaktif. Startup ini menawarkan eksperimen sains, dan kuis daring bagi para guru, yang semuanya mengikuti Kurikulum Nasional untuk KS1, KS2, dan KS3.

Kano

Kano menggunakan single-board PC dan aplikasi mobile untuk mengajarkan masyarakat dari segala umur untuk belajar coding.

Curiscope

Curiscope adalah startup yang menggunakan virtual dan augmented reality untuk memberikan pengalaman belajar yang mendalam dan baru bagi anak-anak. Perusahaan ini ingin menumbuhkan keinginan anak-anak untuk lebih mendalami ilmu pengetahuan melaui produk AR yang dapat membantu belajar tentang tubuh manusia secara interaktif.

Tutorean

Tutorean adalah platform bimbingan belajar yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam hal pengukuran karakteristik, preferensi belajar dan kepribadian siswa untuk menghubungkan (mencocokkan) tutor dengan siswa.

SAM Labs

SAM Labs adalah startup edtech bertujuan untuk “membawa coding ke setiap ruang kelas di seluruh dunia”. Startup ini menyediakan berbagai paket pelajaran STEAM (sains, teknologi, teknik, seni, matematika), termasuk bahan ajar, aplikasi flow-based coding, dan electronic nirkabel. Mitra startup ini adalah Intel Education dan Microsoft Education.

Sumber : http://bit.ly/2UE1ULR


Ingin tahu informasi menarik lainnya? Yuk, ikuti media sosial HMSI FTIK ITS lainnya di
hima.is.its.ac.id/medsos

What’s Up Alumni

Halo Sobat Karya!

Mbak Risha merupakan alumni Sistem Informasi ITS dari angkatan 2014. Masih seputar dunia Startup maupun Unicorn di Indonesia, Mbak Risha bekerja di Tokopedia sebagai Data Analyst.

Selepas lulus dari Sistem Informasi ITS, Mbak Risha memang berniat untuk bekerja di dunia Startup dan akhirnya meng-apply di beberapa tempat yang salah satunya adalah Tokopedia. Setelah melalui tes-tes seperti interview HR, interview user, tes tulis, dan tes praktik akhirnya iapun diterima di Tokopedia sebagai Data Analyst.

Data Analyst memiliki ranah pekerjaan yang cukup berbeda di tiap tempatnya. Di Tokopedia, seorang Data Analyst dituntut untuk bekerja menggunakan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di perusahaan, seperti alasan revenue naik drastis, promo yang cocok untuk event tertentu, dan lainnya. Contoh pekerjaannya yaitu berupa automasi visualisasi data, analisa A/B testing, hingga membuktikan hasil analisa secara statistik.

Menurut Mbak Risha, lingkungan kerja di Tokopedia sangat mendukung. Mulai dari pakaian yang dibebaskan dan orang-orang yang ada di dalamnya tergolong muda hingga terkesan sangat bersemangat dan juga tidak pelit ilmu. Tokopedia juga sering mengadakan pelatihan yang dapat diikuti oleh karyawan Tokopedia.

Dari wawancara ini, Mbak Risha memberikan pesan, “Cari tau minat sejak dini, biar kita tau apa yang harus dipelajari dengan dalam, apalagi jika memang ingin bekerja di dunia Startup. Kalo nggak tau minatnya apa, nanti skill yang kita miliki hanya sedikit-sedikit saja.”

TAHU TECH : Version Control, Solusi Perubahan Codingmu

Halo, Sobat Karya!

Dalam membuat kode, pastinya sangat wajar kalau kita merevisi kode hingga berkali-kali, dan revisi kode ini seringkali dilakukan di lebih dari satu file. Bayangkan jika saat sudah melakukan revisi di puluhan file untuk menambahkan fitur A di kode, tapi tak lama kemudian kita diminta untuk membatalkan fitur A tersebut. Pasti sulit kan mengembalikannya? Jangan kuatir, disini version control bisa membantu

Version control adalah sebuah sistem yang mencatat setiap perubahan terhadap file dan folder. Catatannya dilengkapi dengan informasi atas apa saja perubahan yang terjadi, tanggal, dan pelaku perubahannya. Dengan menggunakan version control, coder dapat dengan mudah untuk berpindah dari satu revisi ke revisi lain.

Berikut beberapa aplikasi yang cukup terkenal untuk mengaplikasikan version control.

Bazaar

Bazaar memiliki versi GUI yang dapat memudahkan pengguna, dapat bekerja secara offline, mempunyai fitur rename tracking dan smart merging, serta kecepatan dan efisiensi penyimpanan yang sangat tinggi.

Subversion

Subversion merupakan Free VCS yang bersifat open source. Mendukung versioning terhadap penamaan, penyalinan, dan penghapusan suatu file atau direktori.

Git

Git diigunakan di berbagai layanan VCS seperti Github, Bitbucket, Assembla, dan Gitorious. Mampu menangani proyek besar seperti Kernel Linux secara efektif dalam hal kecepatan dan ukuran data.

Sumber: https://bit.ly/2YxPYK5, https://bit.ly/2FKhRHe


Ingin tahu informasi menarik lainnya? Yuk, ikuti media sosial HMSI FTIK ITS lainnya di
hima.is.its.ac.id/medsos