Penanganan Resesi untuk Indonesia

Artikel karya Aqshal Maulana H.A. (peserta BMS 2021)

Penanganan Resesi

untuk Indonesia

Fenomena pandemi virus COVID-19 telah menimbulkan berbagai ancaman masalah pada seluruh belahan dunia, terutama di bidang perekonomian. Banyak negara pada tahun ini dimana mereka berada pada ujung jurang resesi. Menurut Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Muhammad Faisal, beliau mengatakan bahwa pemerintah harus menangani masalah pandemi ini dengan baik agar sebuah negara terhindar dari resesi (Nancy & Tirto.id, 2020). Bila penanganan dapat dilakukan secara serius dan cepat, perekonomian sebuah negara pun dapat pulih lagi seperti sedia kala.

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan resesi ekonomi? Apa penyebab terjadinya suatu resesi ekonomi tersebut? Seperti yang di lansir Bussiness Insider, resesi merupakan periode penurunan aktivitas ekonomi secara umum (Blog.pulang.com, 2020). Resesi biasanya didefinisikan ketika ekonomi suatu negara mengalami penurunan produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut. Adapun menurut tirto.id, pengertian resesi adalah periode penurunan ekonomi sementara di mana perdagangan dan aktivitas industri berkurang, umumnya ditandai dengan penurunan PDB dalam dua kuartal berturut-turut.

Penyebab resesi pun dapat diakibatkan berbagai hal, semisal menurut Forbes, resesi ekonomi terjadi ketika meningkatnya pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama. Penyebab-penyebab resesi pun dapat diakibatkan karena permasalahan dalam negeri maupun luar negeri. Namun, untuk tahun ini kebanyakan penyebab resesi di berbagai belahan dunia khususnya di Indonesia diakibatkan karena pandemi virus COVID-19. Sebab, selama pandemi masyarakat cenderung menunda-nunda pembelian yang mengakibatkan jalannya perekonomian terhambat.

Lalu dampak apa yang disebabkan oleh resesi tersebut? Terjadinya deflasi, karena permintaan masyarakat terhadap barang menurun mengakibatkan turunnya harga barang tersebut guna melariskannya. Hal ini juga menghambat pergerakan ekonomi di sebuah negara entah perekonomian dalam negeri maupun luar negeri tersebut. Kebutuhan setiap negara berbeda-beda, maka dari itu penyelesaian terhadap resesi disesuaikan dengan keadaan negara tersebut (Kompas.com, 2020). Berikut merupakan langkah-langkah yang diambil beberapa negara untuk menangani resesi, khususnya pada masa COVID-19 ini.

  1. Singapura. Pada kuartal IIm Salah satu jiran RI, Singapura resmi mengalami resesi setelah pertumbuhan negeri singa anjlok 41,2 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara tahunan, ekonomi Singapura terkontraksi 12 persen. Penurunan lebih tajam dibanding kuartal I 2020, minus 0,7 persen(INDONESIA, n.d.). Dalam menanggapinya, pemerintah Singapura kian gencar dalam menggelontorkan stimulus. Bulan ini Menteri Keuangan Singapura Heng Swee Keat mengumumkan stimulus tambahan sebesar US$5,8 miliar atau setara Rp84,68 triliun (kurs Rp14.600) untuk meredam pukulan pandemi virus. Tak hanya itu, Singapura juga memperpanjang subsidi upah yang bertujuan untuk menopang sektor penerbangan dan perhotelan yang terpukul parah. Jika diakumulasi dengan berbagai stimulus yang telah lebih dulu diberikan, dana gelontoran Singapura hampir mencapai S$100 miliar atau setara Rp 1.070 triliun (kurs Rp10.700 per dolar Singapura).
  2. Korea Selatan. Pemerintahan Moon Jae-in meluncurkan program bertajuk ‘Korean New Deal’ yang diharapkan tak hanya memulihkan perekonomian Korsel dari krisis, namun juga merupakan cetak biru perekonomian Korsel untuk 100 tahun ke depan. Tak tanggung-tanggung, Korsel mengorek kocek sedalam US$133,1 miliar atau setara Rp1.943 triliun (kurs Rp14.600) untuk investasi yang diproyeksikan dapat menghasilkan 1,9 juta pekerjaan pada 2025. Program ambisius ini merupakan strategi menengah-panjang Korsel yang sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Korsel. Dana akan dikeluarkan secara bertahap hingga 2025. Korean New Deal memiliki 3 pilar utama yaitu teknologi (Digital New Deal), penghijauan (Green New Deal), dan SDM (Human New Deal).
  3. Amerika Serikat. Resesi ekonomi AS terjadi setelah penyumbang utama ekonomi AS yaitu konsumsi rumah tangga merosot 34,6 persen secara tahunan. sejatinya pemerintahan Presiden Trump telah memberikan bantuan dalam jumlah yang fantastis. Trump beberapa waktu lalu mengucurkan dana stimulus sebesar US$2 triliun atau sekitar Rp32.525 triliun demi menyelamatkan perekonomian yang terpukul akibat pandemi. Insentif diberikan kepada keluarga, pekerja, hingga pengusaha AS yang menerima dampak covid-19. Dari stimulus senilai triliunan dolar itu, sebanyak US$100 miliar disalurkan bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan di AS yang membutuhkan peralatan medis dan pakaian pelindung tenaga medis. Sebanyak US$500 miliar akan dipinjamkan kepada perusahaan-perusahaan termasuk maskapai penerbangan. Sekitar US$377 miliar akan dihibahkan untuk usaha kecil dan menengah. Sisa stimulus juga akan disalurkan untuk membantu para pengangguran di AS.

Lalu, penanganan apa yang cocok untuk dilakukan di Indoensia sembari berkaca pada ketiga negara tersebut. Seperti yang diketahui, dengan cara yang dilakukan leh ketiga negara tersebut memerlukan dana yang tidak sedikit, sementara bukan tidak mungkin Indonesia bisa mengeluarkan anggaran dana sebesar itu. Menurut saya, penanganan resesi harus dimulai pemerintah itu sendiri dan didukung oleh kegiatan-kegiata yang dilakukan masyarakat tersebut. Pemerintah harus meningkatkan angka konsumsi agar nilainya lebih tinggi.Masyarakat bisa melakukan perbelanjaan yang tidak terlalu konsumtif, tetapi dengan melakukan perbelanjaan yang seperlunya saja agak roda perekonomian tetap bisa berjalan (Kompas.com, 2020). Disamping itu, pemerintah harus mendorong transformasi di sektor digital, karena dalam kondisi pandemi ini, masyarakat sebagian besar beraktivitas secara digital.

Pemerintah juga harus mendorong usaha UMKM lokal untuk menjadi pendapatan nasional yang berpengaruh terhadap perekonomian negara, karena dalam kondisi pandemi seperti ini, terutama anak muda yang membuka usaha yang keuntungannya lumayan besar. Peningkatan di sektor investasi juga diperlukan mengingat investasi di masa pandemi ini sempat menurun. Pada akhirnya, berbagai cara penanganan resesi yang dilakukan setiap negara juga mempertimbangkan kondisi dan kemampuan negara tersebut. Jika penanganan resesi tidak sesuai dengan kemampuan dan kondisi di setiap negara dan lebih memaksakkan agar resesi cepat selesai, justru akan membahayakan roda perekonomian negara tersebut.

Penanganan Resesi untuk Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top