Daur Ulang Kimia, Akhir dari Sampah Plastik?

Dalam beberapa tahun terakhir, sampah plastik menjadi sorotan utama di dalam maupun luar negeri. Di negara Indonesia yang dihuni oleh kurang lebih 267 juta orang, diyakini menghasilkan jumlah sampah plastik harian yang sangat besar. Selain itu, di tengah pertumbuhan ekonomi dan juga sebagai negara berkembang, Indonesia sering kali menghasilkan sampah harian plastik seperti bungkus makanan dan tas belanja dalam jumlah yang besar. Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia sekitar 9,8 miliar kantong plastik digunakan masyarakat pada setiap tahunnya. Hampir 95% kantong plastik tersebut berakhir sebagai sampah. Secara umum, plastik diperkirakan menyumbang 25.000 ton per harinya dari total sampah yang ada.

Sumber : JPNN.com

Upaya penurunan sampah plastik selalu dilakukan setiap tahunnya. Faktanya, telah kita ketahui komitmen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia untuk mengurangi sampah hingga 30% dan melakukan penanganan sampah 70% di tahun 2025 masih belum berjalan sepenuhnya.

Dilansir dari Bisnis.com, Direktur Pengolahan Sampah KLHK menjelaskan persoalan sampah harus menjadi perhatian utama dimana ini harus melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam pengelolaannya. Maka dari itu, sebagai lapisan masyarakat kita perlu memperhatikan perubahan lingkungan utamanya sampah plastik, agar ikut dalam menyukseskan komitmen dari KLHK tersebut.

Daur ulang adalah salah satu cara mengatasi sampah plastik yang menumpuk. Daur ulang atau recycle adalah proses mendaur ulang sebagai langkah memberikan kesempatan kedua berbagai produk bekas menjadi produk baru dengan kualitas yang cukup untuk pasar. Dengan demikian, produk baru hasil daur ulang tersebut bisa dimanfaatkan kembali dan tidak hanya menjadi tumpukan sampah yang mencemari lingkungan. Plastik mengandung bahan kimia yang cukup berbahaya apabila terlalu lama berada di lingkungan. Oleh karena itu, salah satu upaya efektifnya adalah dengan menggunakan teknologi daur ulang kimia.

 

Saat ini, teknologi daur ulang kimia berkembang pesat di luar negeri seperti negara Eropa. Tujuan dari penerapan teknologi ini adalah untuk meningkatkan proses pengelolaan limbah plastik secara berkelanjutan. Proses daur ulang kimia dapat membantu melengkapi proses daur ulang mekanis yang bisa dikatakan masing kurang efisien. Penerapan teknologi daur ulang kimia ini umumnya disesuaikan dengan limbah plastik yang ada.

Pada dasarnya teknologi daur ulang kimia ini merupakan teknologi untuk mengurangi limbah menjadi monomer, oligomer, dan polimer hidrokarbon yang lebih tinggi melalui reaksi kimia. Proses ini digunakan untuk menghasilkan bahan kimia seperti polimer baru untuk membuat barang plastik baru. Proses ini harus dibedakan dari daur ulang fisik (daur ulang mekanis dan teknologi pelarutan).

Sumber : MarketBisnis.com

Istilah “daur ulang kimia” mencakup berbagai teknologi yang memecah plastik bekas dengan kombinasi panas, tekanan, oksigen habis, katalis, dan pelarut menjadi bahan bakar atau bahan penyusun untuk plastik baru. Misalnya, pirolisis dan gasifikasi menggunakan panas untuk mengurai plastik dengan oksigen terbatas untuk mencegah pembakaran. Teknik lain berbasis pelarut seperti solvolisis.

Dalam sebuah studi baru yang dilakukan dan dikembangkan oleh University of Bath dan Methanol, katalis berbasis seng dapat digunakan untuk mengurangi konsumsi dan menghasilkan pelarut hijau, yang disebut metil laktat. Lalu, seorang peneliti dari University of Birmingham mendukung pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa teknologi daur ulang dengan reaksi kimia ini memiliki potensi nyata untuk berkontribusi pada upaya berkelanjutan guna mengurangi jumlah plastik yang masuk ke tempat pembuangan sampah atau dibakar.

Berbagai proses teknologi daur ulang kimia telah diuji dan menghasilkan hasil yang cukup memuaskan untuk mengurangi sampah plastik dan membuatnya menjadi produk baru yang dapat digunakan kembali tanpa mengurangi kualitas yang dibutuhkan dari produk tersebut. Penelitian yang telah berhasil didanai oleh Engineering and Physical Sciences Research Council dalam skala kecil ini dapat ditingkatkan menjadi skala reaktor dan dapat digunakan pada proses kontrol industri.

Melihat perkembangan tersebut, teknologi daur ulang kimia ini dinilai cocok apabila diterapkan sebagai salah satu solusi yang tepat digunakan untuk mengurangi sampah plastik yang berada di negara padat penduduk, seperti Indonesia. Penelitian dan pengembangan teknologi daur ulang kimia ini pada dasarnya masih perlu dikaji ulang di Indonesia. Dengan adanya kemajuan teknologi daur ulang diharapkan akan lebih cepat mengurangi dampak sampah plastik di masyarakat sehingga meningkatkan kualitas negara dalam berpenduduk. Selain itu, dengan adanya teknologi daur ulang dapat membantu Pemerintah dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan oleh negara Indonesia, yaitu bebas sampah plastik secara berkelanjutan (Frid).

😃+

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *