Dari jaman prasejarah, manusia selalu unggul dari spesies lain karena kemampuan kita menggunakan alat. Menggunakan batu dan kayu untuk memulai api memercikan ledakan teknologi manusia. Memiliki api artinya memiliki cara untuk mengolah makanan diluar tubuh dan membantu perkembangan tubuh menjadi lebih sehat yang artinya bisa lebih produktif.

Inovasi yang juga meningkatkan produktifitas manusia secara drastis adalah roda. Roda membantu manusia memindahkan barang dari titik A ke B lebih efisien dan efektif. Lalu manusia memiliki ide “Daripada aku yang menarik gerobak ini, kenapa tidak menyuruh hewan saja?”.

Karena merawat kuda yang merupakan makhluk hidup bukanlah hal yang mudah, manusia mulai menggunakan pembakaran untuk menggerakan roda. Yang awalnya kita hanya bisa mengarahkan kemana kuda akan berjalan, sekarang kita mampu menggerakan “gerobak” kita dengan bebas, cepat, dan lebih dapat diandalkan.

Photo by Darpan Dodiya on Unsplash

Namun, namanya manusia tentu memiliki rasa takut, ego, dan sifat buruk lainnya. Sifat sifat ini dapat mengganggu jalannya lalu lintas yang sempurna. Itulah kenapa, mobil tanpa awak adalah masa depan lalu lintas. Bayangkan suatu pengendara yang mampu berkomunikasi secara telepati dengan pengendara lain.

Lampu lalu lintas menjadi tidak diperlukan, karena tujuan dari benda tersebut adalah untuk mengatakan “hey, aku dulu ya”. Ketika semua mobil dapat berkomunikasi secara langsung, mereka mampu melintasi persimpangan tanpa ada masalah.

Perkembangan teknologi seperti ini memang dapat mengurangi lapangan kerja seperti supir. Walaupun kelihatannya buruk, pekerjaan seperti supir itu adalah pekerjaan yang memerlukan kemampuan yang bagus namun memiliki bayaran yang tidak terlalu banyak. Mungkin saja akan banyak kegiatan positif yang dapat dilakukan oleh orang orang yang pekerjaannya hilang karena otomasi ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *