
Pandemi
COVID-19 menjadi fenomena yang sudah tidak asing lagi untuk di dengar. Wabah
dengan tingkat penyebaran yang tinggi ini ditandai dengan gejala demam, panas
tinggi, batuk, dan sesak napas, hingga dapat menyebabkan kematian jika tidak
segera ditangani. Karena lonjakan kasus COVID-19 yang tak kunjung membaik
membuat pemerintah memberlakukan kebijakan penghentian aktivitas tatap muka
termasuk kegiatan pembelajaran untuk semua kalangan, mulai dari pekerja,
mahasiswa, hingga pelajar disegala jenjang sejak awal tahun 2020. Mengakibatkan
mulai munculnya kebutuhan tambahan untuk menunjang aktivitas secara daring. Salah
satunya kebutuhan akan perangkat pendukung seperti smartphone, laptop/pc,
dan internet agar memperlancar jalannya kegiatan belajar mengajar. Selain itu
juga terdapat kelebihan dan
kekurangan
dalam pembelajaran jarak jauh. Hal ini disampaikan oleh beberapa narasumber
yang kami temui.
Narasumber
pertama merupakan salah satu mahasiswa Teknik Kimia ITS yaitu Aditya. Dalam
wawancaranya Aditya mengutarakan sejak agustus 2021, terhitung 1 tahun lamanya,
ia telah menjalani pembelajaran jarak jauh. Kondisi ini tidak menghalangi
dirinya untuk tetap belajar dengan baik, seperti mengikuti kelas secara
teratur, mengulang materi pada malam hari, dan mengerjakan soal-soal yang
sebelumnya telah dibahas di dalam kelas. hal tersebut itu mengakibatkan
sulitnya pemahaman akan materi, dikarenakan pembelajaran dilangsungkan secara
daring. Selain itu berdasarkan informasi yang kami dapat, sistem hybrid
learning juga menjadi salah satu pilihan yang digunakan saat berlangsungnya
masa pandemi COVID-19. Pelajar dibagi menjadi 2 kategori yaitu daring dan
luring dalam waktu yang bersamaan, dimana mahasiswa yang datang secara luring
dibatasi hanya 50% dari kapasitas tiap kelasnya. Kelebihan dari pembelajaran
jarak jauh ini adalah lebih nyamannya siswa/mahasiswa dalam proses belajar
karena dapat dilangsungkan dimana saja. Namun kegiatan ini juga memiliki
kekurangan yaitu sulitnya proses bertukar pikiran dan interaksi langsung
bersama teman-teman dan juga dosen/guru yang mengajar.
Dari
sudut pandang narasumber sendiri, ia lebih memilih diadakan perkuliahan secara
offline dan berkala. Hal ini dikarenaka pentingnya interaksi yang terjalin
dengan dosen dan teman-teman. Contohnya, ketika mahasiswa kurang memahami
materi yang diajarkan, ia dapat langsung bertanya serta mendapat feedback langsung
dari dosen tanpa hambatan jarak.
Beralih
pada Narasumber kedua kami yang juga mahasiswa ITS, Bernama Gilang, menurutnya
pembelajaran jarak jauh sangat tidak efisien dan efektif, karena tidak semua
orang nyaman beraktivitas secara terus menerus menggunakan peralatan
elektronik. Tak jarang mahasiswa tidak memperhatikan kelas dengan baik karena
mengantuk. Namun metode yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh juga mempunyai
dampak positif yaitu adanya rekaman pembelajaran yang dapat diulang, agar
mempertajam pemahaman mahasiswa akan materi yang disampaikan. Sedangkan
tantangannya yaitu tidak ratanya jaringan setiap mahasiswa, serta tidak
perangkat yang dimiliki mahasiswa mendukung kegiatan pembelajaran. Dapat kita
simpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh ini memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing. Namun narasumber lebih memilih pembelajaran secara luring
karena dinilai lebih efektif dan efisien. Serta mempermudah proses interaksi.
Penulis
:
1. Naufal
Ardhia Fahreza (2041211027)
2. Muhammad
Adnan Syukur (2041211030)
3. Nurhalida
Listiani Putri (2041211038)
4. Chandra
Pambudi (2041211048)
5. Nuriya
Shifa A (2041211057)
6. Nari
Dzakirah Kayana (2041211062)
7. Mohammad
Reynaldi (2041211082)
8. Muh
Raihan Uwaiz Alqarni(2041211084)
9. Nabila
Putri Ramadhantiya (2041211085)
Sumber
:
Wawancara
narasumber secara langsung