
Pembahasan
akan kasus COVID-19 nampaknya menjadi isu yang terus hangat diperbincangkan
beberapa tahun terakhir. Menurut seorang profesor dan kepala ekologi dan
biologi evolusioner di Universitas Arizona, Michael Worobey, penyebaran
virus COVID-19 dimulai sejak akhir 2019 namun pola penyebarannya terus berubah
sekitar Januari atau Februari 2020 dengan menular ke komunitas lokal. Pertama
kalinya COVID-19 dilaporkan masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020 di Depok, Jawa
Barat. Kasus penularan pertama ini terungkap setelah pasien 01 melakukan kontak
dekat WN Jepang yang ternyata positif COVID-19 saat diperiksa di Malaysia pada
malam Valentine, 14 Februari 2020. Untuk pasien 02 merupakan ibu dari
pasien 01. Ia tertular usai melakukan kontak dekat dengan anaknya.
Dampak
wabah COVID-19 sendiri tersebar diberbagai bidang seperti perekonomian,
pendidikan, dan aktivitas masyarakat. Seperti melemahnya daya beli masyarakat
secara luas, menurunnya angka Investasi diberbagai sektor usaha, penurunan
penerimaan pajak, perlambatan pertumbuhan ekonomi, pergeseran pola bisnis, dan
penerapan bisnis model yang tidak biasa, pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Tak terkecuali bidang pendidikan ikut juga terdampak wabah ini,
Keputusan pemerintah yang mendadak dengan meliburkan atau memindahkan proses
pembelajaran dari sekolah/madrasah menjadi di rumah, membuat kelimpungan banyak
pihak. Ketidaksiapan stakeholder sekolah/madrasah melaksanakan
pembelajaran daring menjadi faktor utama kekacauan ini, walaupun sebenarnya pemerintah
memberikan alternatif solusi dalam memberikan penilaian terhadap siswa sebagai
syarat kenaikan atau kelulusan dari lembaga pendidikan disaat situasi darurat
seperti saat ini.
Peralihan
cara pembelajaran ini memaksa berbagai pihak untuk mengikuti alur yang
sekiranya bisa ditempuh agar pembelajaran dapat berlangsung, dan yang menjadi
pilihan adalah dengan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran daring.
Penggunaan teknologi ini juga sebenarnya bukan tanpa masalah, banyak faktor
yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran daring ini antara lain :
Pertama,
Penguasaan teknologi yang masih rendah. Harus diakui bahwa tidak semua guru
melek teknologi terutama guru generasi X (lahir tahun 1980 ke bawah) yang pada
masa mereka penggunaan teknologi belum begitu masif. Keadaan hampir sama juga
di alami oleh para siswa, tidak semua sudah terbiasa menggunakan teknologi
dalam kehidupan sehari-harinya.
Kedua,
keterbatasan sarana dan prasarana. Kepemilikan perangkat pendukung teknologi
juga menjadi masalah tersendiri. Bukan rahasia umum bahwa kesejahteran guru
masih sangat rendah, jadi jangankan untuk memenuhi hal-hal tersebut, untuk
memenuhi kebutuhan pokok keluarganya saja masih banyak guru yang kesulitan. Hal
yang sama pun terjadi pada siswa, karena tidak semua orangtua mereka mampu
memberikan fasilitas teknologi kepada anak-anaknya.
Ketiga,
jaringan internet Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari penggunaan jaringan
internet. Tidak semua sekolah/madrasah sudah terkoneksi ke internet sehingga guru-gurunya
pun dalam keseharian belum terbiasa dalam memanfaatkannya.
Keempat,
biaya Jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran daring
menjadi masalah tersendiri bagi guru dan siswa.
Metode
pembelajaran daring ini sebenarnya sudah bukan barang baru, sebab di beberapa
negara terutama di negara maju kegiatan ini sudah terbiasa. Proses pembelajaran
di perguruan tinggi apalagi, tidak hanya di luar negeri namun di Indonesia juga
sudah terbiasa dilaksanakan, namun untuk pembelajaran pada tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah belum begitu populer sehingga diperlukan
persiapan yang sungguh-sungguh agar bisa berjalan dengan baik.
Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus aktif COVID-19 kembali turun dan sudah
menyentuh angka 399.583 setelah sehari sebelumnya (9/3) sempat di posisi
417.219. Penurunan kasus aktif ini konsisten sejak 28 Februari 2022, dari
569.736 hingga kini mulai menyentuh angka 300 ribu. Selain itu, angka kasus
konfirmasi harian hari ini juga mengalami penurunan menjadi 21.311 dari hari
sebelumnya yang berada di angka 26.336. Catatan ini membuat angka keterisian
rumah sakit nasional menjadi 26% (10/3). Berkurang dari angka sebelumnya yang
sempat tercatat 27% (9/3).
βAngka
penurunan kasus aktif COVID-19 terus turun secara konsisten sejak akhir
Februari 2022 lalu. Ini memberikan optimisme pada upaya penanganan COVID-19
yang saat ini dilakukan pemerintah. Namun begitu angka vaksinasi lengkap dan booster
harus ditingkatkan untuk membentuk kekebalan kelompok di tahun ini,β ujar dr.
Siti Nadia Tarmizi M.Epid., Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes.
Selain
menurunnya angka kasus aktif yang diikuti angka konfirmasi kasus dan keterisian
rumah sakit, raport positif dari upaya pengendalian COVID-19 juga mencatatkan
penambahan angka kesembuhan pasien. Pasien yang sembuh hari ini bertambah
hingga 38.399 dari hari sebelumnya yang sempat di 31.705.
Laju
vaksinasi juga kembali menyentuh level lebih dari 2 juta dosis per hari. Hari
ini, vaksinasi COVID-19 dosis 1 sudah diberikan kepada 192.891.436 (92,62%).
Vaksinasi dosis 2 juga sudah diberikan kepada 150.069.223 (72,06%). Untuk
vaksinasi dosis 3 atau booster sudah diberikan kepada 13.905.146 (6,68%). Laju
vaksinasi hari ini bertambah 2.027.873 dosis dari hari sebelumnya.
Penulis
Shendi
Haris Firmansyah
Dentin
Rokhima Nurmawati
Fany
Eka Setiawan
Annisa
Adnin
Safira
Firdaus Puspaningrum
Lintang
Laxitna Saputri
Elisya
Puri Aminata
Andriana
Chandra N
Marcellino
Attar Abdillah