
Minyak makan merah (MSM) telah menjadi komponen penting dalam diet global dan digunakan dalam berbagai masakan dan produk makanan di seluruh dunia. Produksi dan konsumsinya menunjukkan tren yang terus berkembang, memengaruhi pasar dan Kesehatan masyarakat. Terdapat perdebatan yangberkelanjutan tentang keutamaan nutrisi minyak makan merah dibandingkan dengan minyak goreng lainnya. Beberapa penelitian menyoroti manfaatnya bagi kesehatan, seperti kandungan asam lemak tak jenuh tunggal dan antioksidan alami,sementara yang lain menggarisbawahi risiko kesehatan dari kandungan lemak jenuh dan trans.
MSM memiliki kandungan beta karoten yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari wortel, tomat, pepaya, dan daun bayam. Berdasarkan komposisi asam lemaknya, lebih dari 95% minyak sawit terdiri dari campuran trigliserida yang tersusun dari deretan asam lemak. Asam lemak utama dalam minyak sawit adalah miristat, palmitat, stearat, oleat, dan linoleat. Asam lemak jenuh dan tak jenuh minyak sawit terdapat dalam jumlah yang kurang lebih sama, yaitu asam palmitat (44%) yang merupakan asam lemak jenuh utama dalam minyak sawit, sisanya sebagian besar adalah asam stearat (5%) dan asam miristat (1%), dan ini diimbangi dengan hampir 39% asam oleat tak jenuh tunggal (MUFA) dan 11% asam linoleattak jenuh ganda (PUFA) (Milligan et al., 2017).
Proses produksi MSM memiliki prinsip yang sama dengan proses produksi minyak sawit komersial, yaitu minyak goreng. Satu hal yang membedakannya adalah pada proses produksi MSM tidak ada tahapan bleaching (pemucatan), sehingga minyak masih tetap berwarna merah yang kaya kandungan karoten. Karoten merupakan salah satu komponen mikro di dalam minyak sawit yang memiliki beberapa aktivitas biologis bermanfaat bagi tubuh, antara lain menanggulangi kebutaan karena xeropthalmia, mencegah timbulnya penyakit kanker, mencegah proses penuaan dini, mencegah penyakit Alzheimer, meningkatkan imunitas tubuh, dan pemusnah radikal bebas (Widowati, etal., 2022).
Berdasarkan keputusan dari pihak pemerintah, terdapat pendapat pro dan kontra dari berbagai kalangan mengenai peresmian minyak makan merah sebagai minyak goreng alternatif. Oleh karena itu, diperlukan promosi tentang manfaat, keunggulan produk, dan mutunya kepada konsumen. Dalam konsep pemasaran, diperlukan terciptanya hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak- pihak kunci, yaitu pelanggan, pemasok, dan penyalur guna mempertahankan preferensi dan bisnis jangka panjang.
Minyak makan merah mengandung senyawa fitonutrien seperti karoten, tokoferol, tokotrienol, dan squalene serta memiliki kandungan protein yang tinggi serta vitamin A dan E. Berkat kandungan tersebut, minyak makan merah berpotensisebagai pangan fungsional yang kaya akan nutrisi. Kajian terkait manfaat minyak makan merah dan efek samping yang ditimbulkan masih dikaji secara mendalam oleh peneliti untuk mengetahui secara pasti efek samping yang ditimbulkan, yang mana informasi tersebut dapat digunakan sebagai media informasi kepada masyarakat terkait perbandingan nutrisi antara minyak goreng merah dengan minyak goreng pada umumnya.
Minyak makan merah memiliki potensi besar sebagai alternatif minyak goreng yang lebih sehat dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Namun, diperlukan edukasi dan promosi yang tepat kepada masyarakat untuk meningkatkankesadaran dan pemahaman tentang manfaatnya. Dengan demikian, minyak makanmerah dapat menjadi pilihan yang lebih baik bagi Kesehatan masyarakat dan mendukung peningkatan status gizi di Indonesia.