
Pada zaman sekarang, teknologi berkembang dengan pesat dan semakin canggih. Dunia telah digemparkan oleh munculnya karya manusia yang menciptakan robot humanoid. Sebuah dunia di mana batas antara manusia dan mesin semakin kabur, bukan hanya alat bantu robot humanoid ini juga warga negara yang memiliki hak dan kewajiban. Shopia, robot humanoid tercanggih yang diciptakankan oleh Dr. David Hanson dan dikembangkan oleh Hanson Robotics yang merupakan sebuah perusahaan berbasis di Hong Kong. Pada tahun 2017, Arab Saudi memberikan status kewarganegaraan kepada Sophia yang memicu perdebatan global tentang masa depan kecerdasan buatan, etika, dan hukum. Artikel ini akan menyelami perjalanan Sophia, teknologi di balik kemampuannya, serta implikasi besar dari keberadaannya di dunia modern.
Sophia adalah salah satu pencapaian canggih dalam bidang robotika dan kecerdasan buatan. Dirancang dengan menggunakan “Frubber” untuk menciptakan gerakan wajah yang sangat realistis dan meniru lebih dari 60 ekspresi emosi manusia, dari tersenyum hingga mengerutkan dahi. Selain itu, Sophia menggabungkan kecerdasan buatan yang canggih untuk memahami dan merespons percakapan dengan manusia secara alami. Teknologi Natural Language Processing (NLP) memungkinkannya untuk berkomunikasi dalam berbagai bahasa dengan lancar, sementara kemampuan penglihatan komputer (Computer Vision) memungkinkannya mengenali wajah dan ekspresi emosional, memperkaya interaksi dengan pengguna melalui respons yang sesuai dan kontekstual.
Sehingga Shopia memiliki potensi besar untuk berperan dalam berbagai sektor, termasuk layanan pelanggan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Selain itu, sebagai platform pengembangan kecerdasan buatan (AI), Sophia mendukung para peneliti dalam mengembangkan dan menguji teknologi baru seperti pembelajaran mesin dan pengenalan wajah. Sophia juga berperan sebagai duta besar untuk teknologi AI dan robotika, sering kali memberikan presentasi di konferensi dan acara global untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang potensi dan tantangan dalam penggunaan AI.
Dari kecanggihannya, pada Oktober 2024 Shopia diberikan kewarganegaraan oleh Arab Saudi dalam acara Future Investment Initiative di Riyadh, yang memicu berbagai respons dari masyarakat internasional. Keputusan ini sebagai upaya komitmen Arab Saudi terhadap inovasi dan teknologi, sekaligus sebagai strategi pemasaran untuk menarik perhatian global dalam bidang teknologi. Namun, pemberian kewarganegaraan kepada Sophia juga memunculkan pertanyaan etis dan hukum yang kompleks. Sophia tidak hanya menandai langkah signifikan dalam pengembangan teknologi robotika, tetapi juga mengundang pertanyaan penting tentang etika, regulasi, dan masa depan interaksi antara manusia dan kecerdasan buatan. Selain itu, keputusan ini juga mengundang kritik terkait dengan prioritas dan keadilan dalam konteks hak asasi manusia, terutama di negara yang masih menghadapi tantangan hak-hak perempuan dan pekerja migran.
Shopia menjadi bukti kemajuan teknologi dalam kecerdasan buatan dan robotika. Dengan diberikan kewarganegaraan oleh Arab Saudi, Sophia tidak hanya mencetak sejarah tetapi juga membuka diskusi luas tentang implikasi etis, hukum, dan sosial dari perkembangan teknologi ini. Masa depan hubungan manusia dan robot seperti Sophia penuh dengan tantangan dan peluang, dan memerlukan pemikiran yang mendalam serta kebijakan yang bijaksana untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk kebaikan bersama.