Apa Jadinya Jika Satu Indonesia Menggunakan Kendaraan Listrik?

       Perubahan iklim, cukup sederhana, merupakan ancaman eksistensial bagi sebagian besar kehidupan di planet ini termasuk, dan khususnya, kehidupan umat manusia. ”kata António Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada Mei 2018. Tapi dia tidak sendiri, dari IPCC hingga NASA, WWF serta CDP, semua entitas penting ini menyetujui spin-off fenomena ini dan berkomitmen untuk melawannya.

       Perubahan iklim pada saat ini merupakan masalah yang sangat serius dan akan menimbulkan kerugian besar jika tidak segera ditangani. Salah satu faktor yang memicu perubahan iklim adalah polusi udara. Kontributor utama dari polusi udara yaitu, mobil, truk, dan bus yang ditenagai oleh bahan bakar fosil. Penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil menyebabkan udara mengandung gas-gas berbahaya seperti, PM10 & PM2,5, VOC, NOX, CO, SO2, dan GRK. Faktanya, transportasi menyumbang lebih dari setengah nitrogen oksida ke udara kita, dan merupakan sumber utama emisi yang dapat memerangkap panas. Hal inilah yang menyebabkan emisi gas rumah kaca dan membuat perubahan iklim pada Indonesia. Penelitian juga telah menyatakan bahwa polutan dari knalpot kendaraan menyebabkan dampak buruk pada hampir setiap sistem organ dalam tubuh. Sedangkan penggunaan kendaraan bermotor di daerah DKI Jakarta saja terdapat sebanyak ini.

       Penggunaan energi fosil seperti batu bara dan minyak juga masih menjadi yang utama dalam kebutuhan bakan bakar pada masa sekarang. Seperti yang tercantum dalam data di bawah ini, Indonesia sangat bergantung pada batu bara dan minyak sebagai sumber energi utama dalam hidup mereka.

        Untuk saat ini, penggunaan kendaraan listrik memang tidak dapat dilakukan secara langsung dan menyeluruh. Karena negara kita terbatas akan dana yang kurang mendukung, teknologi yang kurang memadai, serta sumber daya yang tidak tersedia setiap saat. Namun, kita dapat berupaya untuk mengurangi dampak emisi gas rumah kaca dengan berusaha menggunakan kendaraan listrik. Penggunaan kendaraan listrik sudah mulai tersebar di Indonesia. Kendaraan ramah lingkungan ini menjadi salah satu upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang mampu mengendalikan dampak dari perubahan iklim. Penggunaan kendaraan listrik juga dapat mengurangi emisi gas CO2 pada udara.

        Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2017, mobil listrik murni (EV) menghasilkan 0 gram/km emisi CO2. Sementara mobil listrik Plug in Hybrid (PHEV) atau mobil dengan kombinasi dari BBM dan baterai yang dapat diisi ulang di luar sistem mesin menghasilkan 45 gram/km emisi CO2. Selain itu, mobil listrik Hybrid (HEV) menghasilkan emisi CO2 sebesar 70 gram/km. Emisi tersebut lebih tinggi karena mobil HEV masih mengandalkan bensin yang dikombinasikan dengan baterai yang diisi dari putaran mesin. Yang terakhir, mobil konvensional berbahan bakar bensin paling banyak menyumbang 125 gram/km emisi CO2.

        Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan kendaraan listrik cukup berdampak dalam mengurangi emisi gas rumah kaca pada udara. Perubahan iklim juga dapat terkendali jika emisi gas berbahaya tersebut berkurang. Karena Indonesia masih belum cukup siap untuk hal ini, jalan lain yang dapat lebih mudah dilakukan untuk menghindari dampak dari perubahan iklim adalah dengan menggunakan transportasi umum sebagai kendaraan sehari-hari.

😃+

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *